Mohon tunggu...
Inno Sukirno
Inno Sukirno Mohon Tunggu... -

Traveller, Coffee Lover, Kulitinta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Indahnya Kawah Putih Tinggi Raja di Sumut

18 November 2013   04:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:01 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13847243481486837072

[caption id="attachment_292920" align="aligncenter" width="491" caption="Keindahan Kawah Putih Tinggi Raja di Simalungun"][/caption] Berlibur, biasanya dimanfaatkan untuk mengunjungi tempat-tempat indah bersama keluarga sekaligus melepas kepenatan pekerjaan sehari-hari. Salah satu pilihan wisata petualangan yang aman bagi keluarga dengan mengunjungi kawasan wisata Kawah Putih Tinggi Raja di Sumatra Utara. Di Objek wisata cagar alam seluas 176 hektar terdapat Kawah Putih Tinggi Raja yang memiliki luas sekitar 4 hektare. Bagai mutiara dalam lumpur. Itulah ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkan keindahan Kawah Putih Tinggi Raja. Keindahannya bisa disandingkan dengan Kawah Putih Ciwidey di Bandung dan Hot Spring Pamukkale di Turki. Terletak di Desa Dolok Tinggi Raja Kecamatan Silau Kahean yang berada di ujung pelosok Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara. Berada di tengah-tengah kawasan hutan lindung, terdapat pesona bukit kapur seputih salju dengan danau air panas berwarna biru kehijauan. Dipastikan siapa saja yang melihatnya, akan dibuat ternganga dan terbelalak. Kaget, kagum, terpesona, hingga tak percaya. Di sebuah tempat yang sangat terpencil ada surga yang terserak. Kawah Putih Tinggi Raja memilki sumber air panas berasal dari bukit-bukit kecil di daerah tersebut. Air panas ini mengalir ke sungai Bah Balakbak yang berbatu dan berair jernih dan sejuk. Di sini pengunjung bisa mandi pada pertemuan air panas dan air dingin yang sangat nikmat sebagai hasil proses alam. Sedikit orang yang tau terhadap tempat ini. Sekitar 3 tahun lalu, bukit kapur itu benar-benar seputih kapas atau salju. Terhampar luas kontras dengan langit yang berwarna biru dan pepohonan yang berwarna hijau. Namun, kini bukit kapur itu sudah mulai menghitam akibat reaksi oksigen di udara. Penduduk setempat memiliki legenda tersendiri dalam proses terbentuknya bukit kapur dan Kawah Putih Tinggi Raja ini. Rudi Saragih, salah satu penduduk yang juga membuka warung kopi di sekitar lokasi wisata mengisahkan puluhan tahun silam penduduk Tinggi Raja menanam padi beramai-ramai. Setelah prosesi menanam padi itu selesai, masyarakat pun berpesta dan berdoa agar panennya kelak berhasil. Pada saat yang sama, ada seorang nenek renta yang juga penduduk kampung itu tidak memiliki sanak keluarga. Dia tidak bisa lagi bertani seperti yang lain. Bahkan untuk hadir ke pesta tanam pun tidak bisa. Kemudian pemimpin kampung itu meminta seorang pemuda lajang dan seorang anak kecil untuk mengantarkan makanan dari pesta. Namun, ditengah perjalanan pemuda dan anak kecil tadi memakan makanan titipan untuk sang nenek hingga tersisa tulang belulang. "Akhirnya nenek itu marah, diambilnya tempurung kelapa dan dipukul-pukul menjadi sebuah irama, diambilnya seekor kucing dan kemudian ditarik-tarik sambil menari. Kucing itu disiksanya sampai akhirnya keluar air dari berbagai sisi karena murka sang nenek dan kucing itu," tuturnya. Akhirnya penduduk berlarian ke kampung atas untuk menghidari air yang keluar di halaman-halaman rumah mereka. Hingga saat ini, kucing menjadi binatang yang dikeramatkan di Tinggi Raja. Untuk menuju Kawah Putih Tinggi Raja, dibutuhkan waktu 3-5 jam melalui jalan berbatu. Jalanan yang penuh debu bila kemarau dan berubah menjadi kubangan lumpur saat hujan mengguyur. Rute yang ditempuh dari Medan bisa melalui Dolok Merangir-Tebing Tinggi-Dolok Masihul tepatnya di simpang Kerapuh. Kemudian bisa dilanjutkan melalui Silau Dunia-Negeri Dolok-Silau Kahean-Nagari Dolok Morawa-Dolok Tinggi Raja. Jika melalui rute tersebut, akan melewati jalanan yang rusak sejauh 25 Km dengan waktu tempuh 3-4 jam. Namun, bila melalui Kampung Marubun-Bangun Purba hanya akan melewati jalanan rusak sejauh 11 Km atau ditempuh dalam waktu 2 jam. Seru, Yuk berpetualang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun