“It’s Okay Not to be Okay” Hai mahasiswa, apa yang terlintas di pikiran kalian mengenai kalimat tersebut? Apakah kalian setuju dengan pernyataan kalimat tersebut? Menurut kalian, seberapa penting menerapkan kalimat tersebut dalam kehidupan kita, khususnya di perkuliahan saat ini? Mari kita ulas bersama…
“It’s Okay Not to be Okay” merupakan kalimat yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yang artinya ““Tidak apa-apa jika kamu tidak baik-baik saja”. Kalimat tersebut bermakna bahwa tidak apa-apa untuk merasa sedih, cemas, atau stres, serta pentingnya mencari bantuan jika merasa kesulitan mengatasi suatu masalah.
Akhir-akhir ini tidak sedikit kasus yang melibatkan mahasiswa dalam mengakhiri hidupnya sendiri karena mengalami depresi. Depresi dapat terjadi jika mengalami tingkat stres yang tinggi hingga mampu mengganggu kesehatan mental.
Ada banyak faktor yang dapat mengakibatkan stres tinggi hingga berpikir untuk bunuh diri, seperti keuangan, akademik, hubungan pertemanan atau percintaan, hingga gangguan kesehatan.
Faktor-faktor tersebut didukung dengan kecerdasan emosi yang rendah, tipe kepribadian dan minimnya dukungan sosial. Maka dari itu, tidak menutup kemungkinan bahwa depresi dapat dialami mahasiswa dan dari kasus-kasus tersebut dapat dijadikan pelajaran bagi kita semua untuk lebih memperhatikan diri kita sendiri, khususnya kesehatan mental. Apapun masalahnya pasti ada jalan keluarnya dan tidak semua jalan itu bunuh diri.
Mahasiswa menjadi masa yang berat dan rentan mengalami depresi dikarenakan hidup di lingkungan yang baru dan jauh dari orang-orang terdekat. Sebagai mahasiswa, seringkali kita merasa tertekan oleh tuntutan akademik atau masalah kehidupan sehari-hari.
Namun, kita harus memahami bahwa rasa sedih, cemas, dan rasa negatif lainnya merupakan hal yang normal untuk dialami dan tidak ada yang salah dengan rasa tersebut. Hal terpentingnya adalah bagaimana kita mengatasi perasaan tersebut. Ada beberapa hal untuk mencegah depresi, antara lain:
- Kesehatan fisik yang terjaga
Menjaga Kesehatan fisik menjadi salah satu cara yang dapat membantu mencegah depresi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur, makan tepat waktu dan makanan yang sehat, tidur yang cukup, serta menghindari kebiasaan buruk, seperti merokok dan minum alkohol.
- Hubungan sosial yang baik
Hubungan sosial perlu dijaga baik dengan teman atau keluarga. Hubungan sosial yang baik dapat mengurangi rasa kesepian dan memberi rasa nyaman ketika bercerita sehingga dapat meningkatkan dukungan-dukungan sosial untuk menjalani kehidupan.
- Pengelolaan stres
Pentingnya mengelola stress agar tidak mengganggu kesehatan mental. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memahami, memanfaatkan, dan mengelola emosi secara efektif. Cara untuk meningkatkannya dengan tidak mengabaikan emosi, tetap tenang ketika menghadapi stres, menyelesaikan konflik secara positif, dan melakukan gaya hidup sehat.
- Keseimbangan hidup yang baik
Mahasiswa dapat menjaga keseimbangan hidup dengan memahami manajemen waktu yang baik. Dapat mengatur prioritas kegiatan yang dilakukan agar bermanfaat dan menyenangkan. Bagaimanapun caranya, mahasiswa harus menyeimbangkan kegiatan akademik dan kegiatan sosial.
- Pendekatan diri kepada Tuhan
Meningkatkan keimanan dan keyakinan dalam amalan-amalan kebikan dapat menghindarkan kita dari depresi. Hal tersebut dapat menjadikan hidup kita lebih damai dan tenang. Beberapa hal yang dapat dilakukan, seperti senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan, menjalankan ibadah, mengingat Tuhan dengan selalu berdoa.
Apabila kita mengalami depresi, sebaiknya jangan memendam masalah. Namun, berusahalah untuk terbuka dan mencari bantuan kepada orang-orang terdekat atau teman. Jika diperlukan, dapat mencari bantuan dari profesional kesehatan mental, seperti konseling atau terapi.
Bercerita mungkin tidak 100% menyelesaikan masalah, tapi itu akan membuatnya sedikit lega. Jika lelah atau capek, maka istirahatlah sejenak dan jangan lupa untuk bangkit kembali.