Mohon tunggu...
Inneke Maharani
Inneke Maharani Mohon Tunggu... Tutor - Tutor Bahasa Jerman

Saya suka sekali jalan-jalan ke tempat yang bagus. Selain itu, saya juga suka kuliner. Tapi, saya lebih suka jalan-jalan sendirian atau dengan sedikit orang daripada dengan banyak orang. Mungkin karena saya orang yang introvert? Hehehe. Berbagi tulisan adalah hal yang menyenangkan bagi saya, karena saya bisa menceritakan apa yang tidak bisa saya ungkapkan ke orang lain secara lisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar Berbicara dan Budaya Jerman Tanpa Menengok Buku

21 November 2022   15:09 Diperbarui: 21 November 2022   15:08 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mahasiswa selalu dikaitkan dengan perpustakaan. Perpustakaan selalu dikaitkan dengan membaca buku. Bukankah zaman sudah berubah? Buku cetak kini tergantikan oleh sumber-sumber belajar digital lainnya, seperti e-Book, jurnal dan bahkan permainan. Jika kita memandang mahasiswa sastra sebagai mahasiswa yang tak akan pernah bosan membaca, itu tidak 100% benar. 2022 menjadi tantangan di era digital, karena banyaknya perubahan yang terjadi, terutama karena telah terjadi penyebaran virus Corona sejak 2020 hingga pertengahan tahun 2022. 

Jika kita menengok ke arah mahasiswa Sastra Jerman Universitas Negeri Malang, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk bisa membaca, menulis dan mendengar bahasa Jerman, tapi juga berbicara. Sehingga, banyak mahasiswa yang lebih suka menghabiskan waktu di luar bersama teman-teman, baik untuk bermain maupun belajar berbicara. Bahkan dalam mempersiapkan diri untuk Ujian Akhir Semester saja, mereka lebih suka berdiskusi bersama teman-teman dan menghafalkan materi bersama-sama, sehingga belajar tidak terasa membosankan. Dan sudah populer juga aplikasi Zoom di kalangan mahasiswa, karena selama ini aplikasi inilah yang digunakan sebagai sarana pembelajaran. Namun, selama kelas pembelajaran daring dikarenakan masa pandemi belum berakhir dari tahun 2020 hingga 2021, mahasiswa jadi kesulitan dalam belajar bersama teman-teman, terutama dalam belajar mengasah keterampilan berbicara bahasa Jerman mereka. Walau sudah ada aplikasi Zoom untuk saling bertemu, namun semangat mahasiswa dalam belajar berbicara jadi menurun. 

Sedangkan di akhir tahun 2022 saat ini, banyak universitas di Indonesia yang telah mengubah sistem pembelajaran daring menjadi luring. Mahasiswa diwajibkan menghadiri kelas-kelas perkuliahan di kampus masing-masing, sehingga aplikasi Zoom sudah mulai ditinggalkan. Mahasiswa-mahasiswa mulai sering berkumpul kembali dengan teman-temannya, baik untuk bermain maupun belajar seperti sebelum masa pandemi. Penulis akhirnya menyadari, bahwa inilah kesempatan emas yang bisa dimanfaatkan mahasiswa untuk mulai belajar berbicara bahasa Jerman dengan penuh semangat lagi. Oleh karena itu, penulis berinovasi untuk menciptakan permainan "Ich bin in ..." yang dimainkan secara tatap muka dengan 4 (empat) sampai 5 (lima) orang. 

Permainan "Ich bin in ..." ini bertujuan untuk mengasah keterampilan berbicara dan menambah pengetahuan mereka tentang budaya yang ada di Jerman. Sistem permainan "Ich bin in ..." ini tidak jauh berbeda dengan permainan monopoli. Di atas papan permainan tertera 16 nama negara bagian di Jerman beserta nama salah satu tempat yang terkenal dari negara tersebut. Pemain akan diberikan uang sejumlah 100 Euro di awal permainan, baru kemudian pemain bisa mulai menjalankan pion masing-masing yang jumlah langkahnya yang harus diambil ditentukan oleh dadu yang sebelumnya harus dilempar. Letak start-nya sendiri adalah negara Indonesia, dimana mereka harus mengawali permainan dengan berkata "Ich bin in Indonesien", yang artinya "Saya berada di Indonesia". Dalam permainannya sendiri, ada dua jenis kartu yang harus diambil pemain. Jenis kartu yang pertama yaitu kartu De, berisi tentang pertanyaan-pertanyaan seputar bahasa Jerman, sedangkan jenis kartu yang kedua, yaitu kartu DE, berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan budaya negara Jerman. Tentu saja, untuk kartu DE ini ada kunci jawaban yang tertera di sisi bawah kartu dengan ukuran font yang sangat kecil. Pemenangnya adalah yang memiliki banyak negara bagian, banyak uang dan banyak pemain yang masih berhutang padanya. Pada akhir permainan, pemenang harus mengakhiri permainan dengan mengatakan nama negara yang berada di bawah pionnya, misalkan "Ich bin in Berlin", yang artinya "Saya berada di Berlin." 

Tentu saja di dalam permainan juga ada hukuman yang disediakan untuk pemain yang tidak bisa menjalankan misi dengan baik, seperti menceritakan sesuatu dalam bahasa Jerman, menyanyikan lagu dalam bahasa Jerman atau menari sambil melafalkan kalimat yang tertera dalam kartu hukuman. 

Dengan adanya permainan "Ich bin in ..." ini, diharapkan mahasiswa Sastra Jerman tidak hanya akan belajar bahasa Jerman dari buku untuk kemudian dihafalkan, tapi juga bisa belajar bahasa Jerman dengan asik, mereka menjadi semangat belajar berbicara bahasa Jerman lagi, serta mengenal negara Jerman dengan lebih baik, sehingga mereka lebih bisa memandang negara Jerman dengan bijaksana, lebih menghargai perbedaan budaya yang ada, serta terhindarkan dari shock culture jika suatu hari nanti mahasiswa pergi ke Jerman. 

Selamat belajar asik dan salam Sastra Jerman! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun