Nawari, Kepala Bidang Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) menjelaskan, revitalisasi pasar tradisional memang dilakukan bertahap. Setelah tahun lalu memperbaiki pasar Wonoayu dan Tulangan, Tujuannya untuk memberikan kenyamanan bagi pembeli. Sayangnya, upaya tersebut tidak sebanding dengan anggaran yang tersedia. Tahun ini bahkan hanya ada dua pasar yang bisa direvitalisasi. Yakni Pasar Sukodono dan Pasar Baru Porong.
Beberapa waktu lalu, pasca kebakaran di pasar porong, Pemkab Sidoarjo sempat mengajukan bantuan ke pemerintah pusat untuk pembangunan. Namun tak kunjung ada kejelasan, dan pasar pun kondisinya memprihatinkan. Pemkab Sidoarjo juga sempat membangun empat TPS (tempat penampungan sementara) untuk pedagang berjualan. Tapi TPS yang sudah tuntas dikerjakan tahun lalu itu tak kunjung dioperasikan. Selama ini, pedagang berjualan dengan cara membangun sendiri lapak-lapak di area sisa kebakaran. Mereka berulang kali menanyakan pembangunan dan operasional TPS, tapi tak kunjung ada kejelasan.
Sementara itu, Yanuar Santosa Kepala Bidang Tata Bangunan Dinas Perkim CKTR mengatakan pembangunan pasar baru Porong saat ini dalam tahap perencanaan. Diperkirakan baru berjalan di triwulan ketiga, Pembangunan pasar baru Porong menelan dana Rp 20 miliar. Targetnya tuntas kemungkinan akhir tahun. " Menurut saya, dengan adanya Revitalisasi pasar di sidoarjo dapat membangun motivasi para pedagang agar meningkatkan kinerja mereka untuk membangun pasar tradisional yang modern. Dengan begitu akan ada perubahan yang membuat kenyamanan untuk pedagang dan pembeli di pasar".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H