Mohon tunggu...
Inna Munandar
Inna Munandar Mohon Tunggu... -

Mengagumi sosok sang ayah, mencintai figur Ibu, sangat menghormati kakak-kakakku.\r\nKeluarga segalanya buatku.\r\nsedang studi bahasa penjajah :p

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Satu Lagi Sifat Respek Orang Jepang Ketika di Bioskop

23 Desember 2010   04:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:28 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

baru-baru ini saya pergi ke bioskop untuk nonton Norwegian Wood.  Sebuah film yang diangkat dari novel karya Haruki Murakami.  Kali ini saya tidak membahas isi ceritanya, tapi bagaimana cara orang jepang menikmati hiburan. Pengunjung yang datang ke bioskop, agak berbeda dengan Indonesia yang didominasi muda-mudi. di Jepang tidak mesti yang muda saja,  para ibu-bapak, kakek-nenek juga pun bisa menikmati hiburan bioskop.  setidaknya itulah yang saya lihat ketika pintu lift terbuka di lantai4 Toho Cinema. tidak jauh berbeda dengan di Indonesia suasana remang dan hangat memang menjadi cirikhas bioskop.  Karena ini hari rabu yang merupakan Ladies day, harga tiket untuk pelajar yang seharusnya 1,500 Yen (1,800 Yen untuk umum) menjadi 1,000 yen saja.  Mahal memang tapi untuk pengalaman yah, tak apalah. di tiket tertera pkl 18.15 film diputar. masih ada satu jam lagi.  sambil menunggu, Emi, mengajak saya ke restoran Korea di lantai bawah.

Bibimbap yang disajikan diatas piring batu pun tiba di meja kami.  Sambil bertukar cerita, Emi dengan rencana kerja di Tokyo dan saya yang akan pulang ke tanah air 2bulan lagi, masing-masing menyeruput sup yang disajikan di mangkuk terpisah. sudah pkl18.05. kami pun kembali dan memasuki gedung bioskop. duduk di barisan tengah dan tidak lama kemudian rungan menjadi gelap.  peringatan untuk tidak berbicara, mematikan handphone, dll ditampilkan di layar.

singkat cerita,  2jamlebih tanpa suara kami menonton habis film tersebut.  selsai sudah pikir saya.  di akhir seperti film pada umumnya,  cast para pemain mulai muncul di layar, sesaat kemudian lampu ruangan pun dinyalakan lalu para penonton berdiri meninggalkan ruangan.  Tapi tunggu dulu.  apa yang ada dipikiran saya ternyata berbeda. walaupun scene film sudah habis, para penonton masih duduk di tempatnya dan lampu ruangan pun belum dinyalakan.

mungkin saya yang udik atau bagaimana, saya mulai merasa gelisah dan bertanya-tanya dalam hati, film kan sudah habis, kok masih pada duduk sih? para penonton tidak bergeming sama halnya ketika nonton main story tadi.  saya celingak-celinguk melihat sekitar memastikan apa ada penonton yang meninggalkan ruangan ditengah Cast pemain diputar. ternyata tidak. akhirinya saya menyerah,  benar saja 5 menit setalah semua list cast pemain habis dan tidak ada tulisan lagi dilayar, barulah lampu menyala dan penonton meninggalkan ruangan dengan tenang tanpa bicara.

saya menyimpulkan, apresiasi masyarakat jepang sangat besar terhadap karya seseorang. contoh sepelenya kita seringkali setiap menyaksikan sebuah film tanpa tahu siapa yang membuatnya,  orang-orang yang terlibat didalamnya, lagu, tempat pembuatan, dst.  mungkin terlihat sepele, tapi itulah bentuk penghargaan yang utuh dari masyarakat yang maju pola pikirnya.  salut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun