Penalaran Deduktif
Kampus Institut Agama Islam Syarifuddin (IAIS) ialah salah satu kampus islam terbesar di daerah Lumajang Jawa Timur. Kampus yang berada di Kota Pisang ini berada di atas naungan Yayasan Pondok Pesantren Kyai Syarifuddin, didirikan oleh guru besar kita, masyaikh yang lebih dulu di panggil oleh sang pencipta, yakni Alm. KH. Muhammad Adnan Syarif, Lc. M.A.
Kampus islam  terdiri dari 3 fakultas untuk program Sarjana (S1) yakni Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam, dimana setiap fakultas memiliki beberapa jurusan. Dengan rincian, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam memiliki 3 jurusan atau prodi yakni, Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) dan Manajemen Dakwah (MD). Fakultas Tarbiyah hanya memiliki 2 jurusan yakni, Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Sedangkan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam memiliki 2 jurusan, Ekonomi Syariah (ES) dan Akuntansi Syariah (AS). Untuk program Pasca Sarjana (S2) hanya membunya 1 jurusan yakni Pendidikan Agama Islam (PAI). Selain IAI Syarifuddin ada juga program Diploma (D2). Hanya membutuhkan waktu 2 tahun untuk menyelesaikan kuliah ini.
Karena kampus ini kampus yang berbasic santri, maka tidak jarang mahasiswa serta mahasiswinya yang bermukim di pondok pesantren. Akan tetapi, tetap  saja masih lebih banyak yang kuliah dari rumah, dengan perkiraan 40% mahasiswa yang kuliah dari pondok pesantren dan 60% kuliah dari rumahnya.
Ketika kuliah, mahasiswa yang bermukim di pondok dan mahasiswa kuliah dari rumah sangat terlihat perbedaanya, dimulai dari cara berpenampilan, cara berkomunikasi, jika anak rumahan membawa handphone ketika kuliah, kalau mahasantri cuma membawa buku, anak rumah membawa kendaran tapi kalau santri cuma bermodalkan sandal atau jalan kaki. Di kampus, mahasantri akan terlihat kemarok alias jamet, karena mahasantri tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan kuliah yang dilaksanakan di luar kampus, seperti forta dan photography.
Kuliah dari pondok pesantren itu tidak mudah, karena selain penggunaan media sosial yang sangat terbatas. Mahasiswi yang juga berstatus sebagai seorang santri sangat dituntut untuk bisa memanage waktu, karna disamping menuntut ilmu formal di perguruan tinggi, mahasantri juga harus menjalankan tugasnya untuk mengabdi dan mengaji di pondok pesantren. Melakukan semua tugas-tugas ini setiap hari sudah menjadi kebiasaan-kebiasaan kami, pagi hari mengaji, siang sampai sore kuliah dan malam hari mengaji lagi.
Mahasiswi yang bertempat tinggal di pondok pesantren diperbolehkan mengaplikasikan handphone atau laptop hanya di waktu-waktu tertentu saja, seperti ketika akan melakukan pembelajaran lewat via online, menyelesaikan tugas-tugas kuliah hingga mencari beberapa referensi dari internet. Pondok Pesantren telah menyediakan beberapa fasilitas  yang dibutuhkan oleh mahasiswi, seperti ruangan khusus untuk menaplikasikan handphone atau laptop, wi-fi, stop kontak dan lain sebagainya. Mahasiswi dibebaskan membuka laptop walaupun hanya sekedar ingin mendengarkan lagu, editing video serta pekerjaan--pekerjaan lainnya yang bisa merefresh otak, dengan waktu yang dibatasi oleh pengurus pondok yakni dari jam 09.00 sampai dengan 11.30 WIB.
Karena kampus ini kampus berbasis pondok pesantren, alumni mahasiswa sekaligus alumni pondok pesantren sangat terbukti kualitasnya, karna selain memiliki nilai intelektual yang tinggi, mereka juga telah dibekali akhlaqul karimah serta ilmu-ilmu agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H