Mohon tunggu...
inna laili
inna laili Mohon Tunggu... Mahasiswa - INNA LAILI NUR HIDAYAH

MAHASISWA , PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN, UNISSULA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Merdeka Sebagai Strategi Penguatan Literasi Numerasi

3 Januari 2023   07:12 Diperbarui: 3 Januari 2023   07:21 7738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dosen pengampu Nila Ubaidah. S,Pd. M,Pd

Pendidikan merupakan pondasi utama untuk membangun peradaban dan mendorong kemajuan suatu bangsa.  Melalui pendidikan yang baik, Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, cerdas dan berkarakter dapat terbentuk. Hal tersebut akan berdampak pada terwujudnya pengelolaan yang baik atas kehidupan berbangsa dan bernegara dalam segala bidang. Oleh karena itu, sistem pendidikan yang tepat harus dirumuskan dan diterapkan secara komprehensif dan konsekuen.

Di era revolusi industri 4.0 diperlukan pendidikan yang dapat membentuk generasi yang berpikir kritis, kreatif dan inovasi, serta memiliki keterampilan komunikasi dan kolaborasi. Salah satu upaya untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 masyarakat Indonesia diharuskan dapat menguasai kemampuan literasi dasar. Literasi dasar adalah kemampuan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung. Salah satu jenis literasi dasar yang perlu dikuasai sejak dini yaitu literasi numerasi.

Literasi numerasi adalah kemampuan dan kecakapan dalam menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah. Kemampuan literasi numerasi yang baik, secara tidak langsung akan meningkatkan kecerdasan dan kemampuan seseorang untuk berpikir kritis. Oleh karena itu, kemampuan literasi numerasi perlu dibangun dan dilatih sejak dini.

Hasil survei PISA (Programme for International Student Assessment) 2018 menempatkan Indonesia diurutan ke 74 dari 79 negara. Kemampuan membaca siswa Indonesia meraih skor rata-rata 371 dengan skor rata-rata OECD 487, kemampuan matematika meraih skor rata-rata 379 dengan skor rata-rata OECD 487 dan kemampuan sains meraih skor rata-rata 396 dengan skor rata-rata OECD 489. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa skor kemampuan membaca, matematika, dan sains anak berusia 15 tahun di Indonesia masih di bawah rata-rata skor OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development). Bahkan, jika dibandingkan dengan hasil PISA tahun 2015 dan 2018 mengalami penurunan secara signifikan.

Budaya literasi membaca dan literasi numerasi di Indonesia masih menjadi problem. Apalagi adanya covid 19 yang memaksa proses belajar mengajar di Indonesia dilakukan secara daring. Ketidaksiapan guru dalam inovasi teknologi pembelajaran mengakibatkan siswa mengalami "ketertinggalan pembelajaran" (learning loss) dan "ketertinggalan literasi" (literacy loss). Dengan demikian, kemampuan siswa mengalami penurunan yang dapat mempengaruhi rendahnya literasi numerasi siswa.

Rendahnya literasi numerasi di Indonesia juga disebabkan oleh beberapa faktor yakni kurangnya rasa ingin tahu akan informasi dan anggapan masyarakat Indonesia bahwa membaca adalah aktivitas yang membosankan. Terlebih lagi, generasi saat ini atau biasa disebut generasi Z lebih menyukai segala sesuatu serba instan untuk mendapatkan informasi. Oleh karena itu, perlu adanya strategi penguatan literasi numerasi dengan membudayakan literasi numerasi di lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga, terutama di lingkungan sekolah.

Menteri Pendidikan Kebudayaan Ristekdikti, Nadiem Makarim menetapkan kurikulum merdeka sebagai salah satu strategi penguatan literasi numerasi serta pemulihan pendidikan di Indonesia akibat covid 19. Kurikulum merdeka merupakan prototipe yang dikembangkan sebagai kurikulum yang lebih fleksibel dan fokusnya terhadap materi esensial, pengembangan karakter sesuai dengan profil pelajar pancasila serta  kompetensi peserta didik. Kurikulum merdeka juga memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas, mengembangkan soft skill. 

Terdapat karakteristik khusus yang digunakan dalam kurikulum merdeka, antara lain :

  1. Pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan soft skill dan karakter sesuai profil pelajar pancasila

  2. Fokus pada materi esensial pada sistem pembelajaran melalui kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun