Oleh: Vannya Nabilla Dhanika (10050012193)
Sakinah (10050012199)
Kelas: D
Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung
Nama Dena Rachman pasti sudah tidak asing didengar oleh orang Indonesia. Dena Rachman merupakan artis cilik yang merubah identitas gendernya. Dena Rachman memiliki nama asli Renaldy Denada Rachman atau kerap dipanggil Giovanni dalam dunia keartisannya. Semenjak kecil dia merasa dirinya sebagai perempuan dan merasa ingin mengubah dirinya menjadi seorang perempuan, dia merasa tidak yakin dengan identitas gendernya saat itu. Dia mengalami pertentangan dengan orang tuanya karena keinginannya untuk mengubah gendernya tersebut. Setelah mengalami perdebatan panjang dengan orang tuanya, akhirnya kini dia merubah dirinya menjadi seorang perempuan. Dena merupakan contoh seseorang yang mengalami gangguan identitas gender atau sekang disebut sebagai gender dysphoria.
Lalu apa yang dimaksud dengan identitas gender dan apa itu gangguan identitas gender?
Berikut ini akan kami bahas mengenai hal tersebut.
Identitas gender adalah perasaan kita menjadi pria atau menjadi wanita. Identitas gender merupakan komponen penting dari konsep diri. Identitas gender berbeda dengan peran gender. Peran jenis kelamin yaitu bagaimana seseorang harus berperan sebagai wanita atau pria di lingkungannya. Contohnya, banyak wanita yang memilih untuk berperan sebagai pria, seperti melakukan olahraga yang agresif, atau lebih menyenangi aktivitas yang menantang, tetapi mereka tetap merasa bahwa mereka adalah wanita. Contoh lainnya yaitu beberapa pria merasa ia harus dapat berepran sebagai wanita, seperti ketika merawat anak kecil atau memasak. Tetapi pria tersebut tetap menyadari bahwa mereka adalah pria. Identitas gender juga berbeda dengan orientasi seksual. Gay dan lesbian memiliki minat seksual pada individu dengan gender yang sama dengan dirinya, tetapi gender identitas mereka (mereka merasakan sebagai laki-laki atau perempuan) sesuai dengan anatomi seks mereka. Tidak seperti orientasi seks gay dan lesbian, gangguan identitas gender termasuk hal yang langka.
Apa yang dimaksud dengan gangguan identitas gender (gender dysphoria)?
Normalnya identitas gender berdasarkan pada anatomi gender. Namun dalam gangguan identitas gender (gender dysphoria) terdapat konflik antara anatomi gender dan identitas gender. Gender dysphoria adalah gangguan yang mengacu pada keadaan dimana individu merasa adanya tidak kesesuaian antara jenis kelamin yang telah ditetapkan sejak lahir dengan jenis kelamin yang dia identifikasikan. Gender dysphoria juga mengacu pada ketidakpuasan afektif atau kognitif individu terhadap jenis kelamin yang telah ditetapkan. Karena adanya ketidakpuasaan terhadap jenis kelaminnya tersebut, banyak individu yang merasa tertekan. Contoh: Seseorang yang berjenis kelamin laki laki pada saat lahir dan dibesarkan sebagai laki laki, namun ia mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang perempuan.
Gangguan identitas gender memungkinkan dimulai sejak kecil. Anak dengan gangguan menemukan anatomi gender mereka sebagai sumber penderitaan secara terus menerus. Diagnosisnya tidak secara sederhana diberikan pada anak perempuan “tomboyish” dan anak laki-laki “sissyish”, tetapi diberikan kepada anak yang secara kuat menolak sifat anatomi mereka (anak perempuan bersikeras dengan buang air kecil berdiri atau menegaskan mereka tidak ingin menumbuhkan payudara mereka; anak laki-laki menemukan penis dan testis mereka sebagai hal yang menjijikkan). Gangguan ini dapat segera berakhir atau dapat berakhir ketika mereka remaja, dengan anak menjadi lebih menerima identitas gender mereka. Sedangkan orang dewasa yang didiagnosa mengalami gangguan identitas gender biasanya mengarah pada transseksual. Individu yang transseksual mungkin menggunakan pakaian lawan jenis. Mereka percaya bahwa mereka telah menggunakan pakaian yang sesuai dengan jenis kelaminnya.
Apa saja simptom yang muncul dalam gangguan ini?
Simptom yang muncul pada penderita gender dysphoria anak dan dewasa juga berbeda. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) edisi ke-5, Gender dysphoria pada anak ditandai dengan adanya ketidaksesuaian antara jenis kelamin biologis dan jenis kelamin yang ia identifikasikan, dan dalam jangka waktu 6 bulan setidaknya muncul 6 dari kriteria berikut:
- Memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi jenis kelamin lain atau memaksa bahwa ia memiliki berjenis kelamin (atau beberapa jenis kelamin alternatif yang berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan).
- Pada anak laki-laki (jenis kelamin bilogis), memilih untuk menggunakan pakaian perempuan: atau pada anak perempuan (jenis kelamin biologis), memilih untuk mengenakan pakaian khas maskulin dan penentangan untuk mengenakan pakaian feminin.
- Memiliki keinginan yang kuat untuk berperan sebagai lawan jenis dan berfantasi menjadi lawan jenis
- Memiliki keinginan yang kuat terhadap mainan, game, atau kegiatan stereotip yang digunakan atau terlibat dalam oleh jenis kelamin lain.
- Memiliki keinginan yang kuat untuk berteman dengan jenis kelamin lain.
- Pada anak laki-laki (jenis kelamin biologis), penolakan yang kuat terhadap mainan maskulin, permainan, kegiatan dan penolakan terhadap permainan yang berat; atau pada anak perempuan (jenis kelamin biologis), penolakan yang kuat terhadap mainan perempuan, permainan, dan kegiatan perempuan.
- Sangat tidak suka terhadap anatomi seksualnya (laki- laki merasa tidak suka melihat penisnya, dan perempuan tidak ingin buang air kecil dengan cara duduk).
- Memiliki keinginan yang kuat untuk memiliki karakteristik seks primer dan / atau sekunder yang sesuai dengan salah satu gender yang ia identifikasikan.