Kalut. Bingung. Takut. Mungkin itulah gambaran perasaan para keluarga pasien Covid-19 yang saat ini sedang berjuang mencari plasma konvalesen untuk keluarganya. Karena persediaan plasma konvalesen di PMI tidak selalu tersedia, maka mereka harus mencari pendonor plasma konvalesen sendiri. Berbagai upaya dilakukan mulai menghubungi relasi satu persatu hingga  menyebarkan pesan di media social.
Pada bulan Juni permintaan plasma konvalesen sebanyak 1000 kantong plasma perhari, lalu angka ini meningkat 300% di bulan Juli. Menurut PMI pusat, ketersediaan plasma konvalesen di minggu ketiga Juli hanya 96 kantong sementara permintaan mencapai 4006 kantong plasma. Â Kondisi ini harus direspons cepat agar tindakan terapi plasma konvalesen dapat segera dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Peningkatan permintaan plasma konvalesen berkaitan erat dengan  meningkatnya jumlah pasien Covid-19 saat ini yang dirawat di rumah sakit.  Pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit adalah pasien yang mengalami gejala sedang hingga berat, yang membutuhkan terapi oksigen dan terapi lainnya yang hanya bisa dikerjakan di rumah sakit.  Salah satu terapi yang diberikan adalah pemberian plasma konvalesen.
Plasma konvalesen  adalah plasma yang diambil dari pasien yang telah sembuh dari Covid 19 (penyintas Covid 19). Plasma sendiri adalah cairan berwarna kuning yang merupakan bagian dari darah yang mengandung antibodi. Sehingga bisa dikatakan terapi plasma konvalesen adalah pemberian plasma yang diberikan melalui jalur intravena (pembuluh darah) untuk masuk ke dalam tubuh pasien.
Sebenarnya dengan angka kesembuhan pasien Covid 19 di Indonesia yang mencapai  40 ribu per hari, andai saja  setengah dari total pasien yang sembuh melakukan donor plasma maka,  mungkin tidak ada lagi anggota keluarga yang kebingungan mencari plasma konvalesen untuk anggota keluarganya.
Namun sayangnya  masih banyak penyintas yang belum teredukasi dengan baik mengenai kegunaan dan prosedur donor plasma konvalesen. Selain itu, ada ketakutan dari para penyintas bila antibodi yang dimilikinya akan turun bila diberikan ke orang lain dan juga  masih banyak penyintas yang takut untuk bertemu banyak orang
Ketakutan- ketakutan seperti ini bisa diatasi dengan pemberian edukasi mengenai plasma konvalesen kepada masyarakat. Edukasi harus lebih digencarkan baik melalui surat kabar, media informasi milik pemerintah bahkan sampai ke obrolan santai di grup Whatsapp RT.Â
Edukasi yang diberikan sebaiknya menyesuaikan dengan bahasa yang umumnya dipakai oleh masyarakat dan tidak menggunakan bahasa ilmiah yang sulit dimengerti agar pesan yang disampaikan mudah dimengerti masyarakat. Pesan yang disampaikan harus jelas mulai dari persyaratan pendonor, prosedur pengambilan, lama prosedur pengambilan, dan juga efek sampingnya.
Prosedur pengambilan plasma mirip dengan prosedur donor darah pada umumnya. Hanya bedanya bila pada donor darah yang diambil seluruh komponen darah, namun pada donor plasma konvalesen yang diambil hanya plasmanya saja. Komponen darah lainnya akan dikembalikan lagi ke pendonor. Oleh karenanya prosedurnya memakan waktu lebih lama kurang lebih 1-1,5 jam.
Di dalam tubuh pasien, antibodi dari plasma pendonor  akan membantu antibodi yang sudah ada di dalam tubuh pasien untuk mengikat virus sehingga virus tidak bisa berikatan dengan sel sel tubuh. Virus yang tidak bisa masuk ke dalam sel tubuh, akan terselubungi oleh antibodi lalu mati. Hal ini disebabkan karena daur hidup virus amat tergantung dari sel tubuh yang ditumpanginya.
Selain itu fungsi tambahan antibodi dari plasma pendonor juga untuk mengikat sitokin, salah satu jenis protein yang muncul berlebihan pada tubuh pasien Covid-19. Bila sitokin dibiarkan lepas dalam jumlah banyak maka tubuh pasien akan mengalami peradangan atau biasa dikenal dengan badai sitokin.Â