"Tenang saja gadis kecil, aku akan menjadi penjagamu" kata Bleki yang juga iba mendengar ceritanya
Kemudian dia bercerita meski ibunya galak namun dia sayang sekali dengan ibunya. Kasihan Ibu, semua pekerjaan rumah dilakukan ibu sendiri. Ayah kerja di luar pulau, pulang 2 bulan sekali. Sementara adiknya masih bayi. Â Memang aku yang salah tidak membantu ibu, malah suka pulang telat dari sekolah. Aku suka sekali bermain main di sawah, mengamati pak tani, melihat burung burung, bermain lumpur.Â
"Tapi tetap saja, perlakuan ibumu ke kamu itu kejam, gadis kecil" sahut Bleki, yang tentu saja tidak dimenegerti oleh gadis kecil
"Kamu diusir dari rumah, kamu sering dipukul ibumu, bahkan pernah kamu diseret untuk mengambil ceceran nasi yang jatuh di lantai. Ibu macam apa itu" tambahku lagi.
Gadis kecil itu sudah tidak menangis lagi. Dia tersenyum menatap kami. "Kalian mau menjadi temanku?" tanyanya. "tapi aku tidak bisa memelihara kalian dan kalian tidak bisa tidur di rumahku. Bunda pasti marah"
Kami menjawab dengan gonggongan riang "tentu saja tidak apa gadis kecil, kami sudah punya Tuan kok" jawab kami dengan menggoyangkan ekor
Kami pun akhirnya berteman setelah itu, meskipun gadis kecil itu masih menangis terisak isak karena bentakan ibunya.Namun sekarang dia tidak sendirian, kami selalu bersamanya bila dia dihukum di luar pagar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H