Mohon tunggu...
Rinnelya Agustien
Rinnelya Agustien Mohon Tunggu... Perawat - Pengelola TBM Pena dan Buku

seseorang yang ingin menjadi manfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pemutaran Film #Jalanremaja1208 di Pena dan Buku

28 Agustus 2017   11:18 Diperbarui: 28 Agustus 2017   11:44 1317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto bareng wucha (cardigan hitam) setelah selasar

Perkenalan kami (pena dan buku) dengan Jalan Remaja diperantarai oleh Wucha, yang menjadi narasumber Selasar. Kegiatan sharing pengalaman di pasar yang rutin kami laksanakan setiap ketemu seseorang yang punya pengalaman keren versi kami.  Wucha menawarkan kami untuk berpartisipasi di Jalan Remaja, tanpa pikir sekali kami langsung mengiyakan.

Kami memang begitu, jarang menolak tawaran teman. Kami terlalu amat yakin setiap yang mampir ke pena dan buku, pasti orangnya baik dan sefrekuensi. Jadilah lapak kecil kami menjadi tempat pemutaran film film Jalan Remaja, tepat di tanggal 12 Agustus yang diamini sebagai hari remaja internasional.

Jadi apakah Jalan Remaja itu ? Seperti yang tertulis di webnya http://www.kampunghalaman.org/program-jr1208/  Jalan Remaja 1208 adalah program yang diprakarsai oleh Yayasan Kampung Halaman sejak  tahun 2009 untuk menyuarakan sikap dan cara pandang komunitas remaja  Indonesia tentang diri dan lingkungannya ke publik melalui media.  Kegiatan ini merupakan refleksi remaja Indonesia di Hari Remaja  Internasional (International Youth Day) yang diperingati pada setiap tanggal 12 Agustus (1208) di seluruh dunia. 

Kami sendiri baru dengar program ini, padahal di Balikpapan sudah pernah ada pemutaran film jalan remaja beberapa tahun silam. Satu dan lain hal program ini mandek, dan alhamdulillah tahun ini kami menjadi tuan rumah pemutaran film Jalan Remaja.

Rintik hujan dan kencangnya angin laut tidak menyurutkan teman teman datang ke Pena dan Buku Sabtu malam 12 Agustus 2017. Teman teman yang hadir malam itu kebanyakan usianya bukan lagi remaja 10-22 tahun. Beberapa ada yang memasuki usia remaja akhir, dan hanya satu orang yang tepat dikategorikan remaja. Pengunjung kami memang kebanyakan teman teman yang sudah masuk ke usia dewasa, namun dengan semangat muda nan membara.

prolog sebelum pemutaran film
prolog sebelum pemutaran film
Ruang baca Pena dan Buku berada di Pasar Tradisional Klandasan, tempat yang sama sekali tidak menjadi pilihan untuk menikmati akhir pekan. Kalah pamor dengan keberadaan mall di sebelah atau kawasan kongkow yang mengambil lahan samping sungai. Berada di pasar membuat kami lebih peka mendengar keluhan pedagang, pun teriakan teriakan antar pedagang, serta dialog non formal jauh dari definisi sopan santun. Inilah pasar, dinding yang sudah kusam warna catnya, lorong panjang yang bila papasan maka satunya badannya berubah menjadi vertikal, jalanan becek, genangan air di parkiran yang tak terurus, belum lagi tumpukan sampah di beberapa sudut. Dan di pasar inilah kami berada, sungguh kebanggan bagi kami bisa hadir menyatu di pasar klandasan. 

Film film yang diputar semuanya bertemakan #terasing, perasaan yang banyak dialami oleh remaja dalam fase kehidupan mereka. Masa remaja adalah masa transisi, dibilang anak sudah tidak cocok karena mulai besar, dibilang dewasa belum pantas karena masih terlalu dini. Itulah remaja. Perubahan pola pikir yang menuju dewasa masih belum sempurna benar, namun terkadang lingkungan, keluarga dan orang dewasa sekitarnya terkadang tidak memahaminya, bahkan terkadang teman yang seumuran pun menganggap mereka aneh. Perasaan itulah yang divisualisasikan oleh beberapa komunitas film yang malam itu kami tonton filmnya, perasaan terasing. 

Film pertama yang kami tonton mengenai remaja yang putus sama pacar dan kemudian dia merasa kikuk dan aneh dengan lingkungan sekitarnya,lalu film berikutnya mengenai perceraian orang tua terhadap remaja, kondisi yang memaksanya harus menerima walau sebenarnya ia tidak mau, yang akhirnya berdampak ke nilai nilai sekolahnya turun drastis, kemudian ia berkenalan dengan teman teman yang membawanya ke pergaulan positif. Film berikutnya mengenai bullying karena remaja ini  berbeda dengan teman temannya, dan ditutup dengan film mengenai kasus HIV.

ruangannya sempit jadi ada yang nontonnya sambil berdiri
ruangannya sempit jadi ada yang nontonnya sambil berdiri
Setelah menonton film, kami membahas masalah remaja yang ada dalam film. Narasumber kami adalah Arhan, satu satunya remaja yang hadir di pena dan buku. Arhan adalah sutradara muda Balikpapan yang terpilih mengikuti workshop film di Busan Korea Selatan. Menurut Arhan, sebenarnya yang dibutuhi remaja adalah ruang untuk menerima mereka apa adanya,bukan dengan tuntutan dan paksaan. Terkadang orang dewasa sukanya menasihati tapi lupa mendengarkan apa yang dirasakan/dipikirkan remaja. Kesempatan untuk berkreasi itulah yang dibutuhkan. Andai malam itu ada perwakilan dari dinas pemuda dan olahraga, mungkin curhatan ini langsung tersampaikan. 

Di akhir acara  kami menonton bersama film karya Arhan, satu satunya remaja yang punya film di antara kami. Dan akhir kata Selama Hari Remaja Internasional, Selamat berkarya para remaja Indonesia. Sukses selalu untuk kalian

foto bersama setelah pemutaran film
foto bersama setelah pemutaran film
Sampai jumpa di jalan remaja berikutnya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun