Mohon tunggu...
Gamal Albinsaid
Gamal Albinsaid Mohon Tunggu... Dokter - Wirausaha Sosial dan Inovator Kesehatan

Wirausaha Sosial dan Inovator Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tes Massal adalah Tulang Punggung Penanganan Covid-19

19 Juni 2020   14:22 Diperbarui: 19 Juni 2020   14:26 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prinsip dasar penanganan pandemi adalah test, trace, treat, dan isolate. Secara praktis, prinsip dasar penanganan pandemi tersebut adalah melakukan tes massal secara luas dan masif, pelacakan kasus secara detail dan mendalam, pengobatan secara optimal, dan isolasi dengan ketat dan tepat.

Negara-negara dengan tes terbanyak cenderung memiliki kasus paling sedikit per 1000 orang|Dokumentasi pribadi
Negara-negara dengan tes terbanyak cenderung memiliki kasus paling sedikit per 1000 orang|Dokumentasi pribadi

Grafik berikut ini menunjukkan hubungan antara tes dan jumlah kasus. Ada 3 pola dasar yang dilakukan negara dalam konteks tes massal untuk penanganan COVID-19. 

Pertama, negara dengan jumlah tes rendah (limited testing) akan melaporkan sedikit kasus terkonfirmasi. Oleh karena itu, ketika sebuah negara melaporkan angka infeksi kasus dan kematian sedikit, itu belum tentu menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi. Hal itu dikarenakan bisa jadi angkanya kecil, karena sedikitnya tes yang dilakukan. 

Dengan demikian, banyak orang sakit yang tidak diketahui atau dilaporkan karena tidak menjalani tes. Hal ini seperti yang terjadi pada Vietnam, Thailand, dan India.

Kedua, negara yang hanya menguji orang-orang dengan gejala signifikan (moderate testing). Hal ini mengakibatkan Case-fatality rate akan tampak lebih tinggi dari yang seharusnya dikarenakan kasus-kasus yang lebih ringan kemungkinan besar terlewat dan tidak terlaporkan. Hal ini terjadi pada Italia, Belanda, Inggris, dan Prancis.

Ketiga, Negara dengan strategi tes yang banyak (broad testing) cenderung berhasil dalam membatasi jumlah kasus baru. Hal ini dikarenakan mereka bisa memiliki gambaran yang mendekati kondisi realitas sebenarnya, mereka bisa mendeteksi kasus semaksimal mungkin, dan mampu melakukan pelacakan dan isolasi dengan tepat dari hasil tes massal yang optimal. Negara-negara yang melakukan ini diantaranya Singapura, Korea Selatan, dan Hongkong. Pola dasar ini adalah yang paling ideal.

Dapat kita simpulkan bahwa negara yang telah melakukan tes pada lebih banyak orang telah mendiagnosis lebih sedikit kasus per 1.000 orang. Hal ini senada dengan pesan dari Dr. Tedros Adhanom (WHO Directoral General), "Semua negara harus dapat melakukan tes semua kasus yang dicurigai, mereka tidak dapat melawan pandemi ini dengan mata tertutup, mereka harus tahu di mana kasusnya, dan begitulah cara mereka dapat mengambil keputusan". 

Oleh karena itu, pemerintah harus mengalokasikan lebih banyak dana dan sumber daya manusia untuk melakukan tes secara massal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun