Mohon tunggu...
inka akila
inka akila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Joko Widodo Fasih Bahasa Mandarin? Real or Deepfake?

4 November 2024   00:41 Diperbarui: 4 November 2024   00:50 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Bayangkan membuka media sosial dan melihat seseorang yang tampak seperti figur publik terkenal mengatakan sesuatu yang kontroversial. Namun, setelah beberapa menit, Anda menyadari bahwa video tersebut sebenarnya adalah hasil manipulasi digital yang dikenal sebagai "deepfake". Fenomena deepfake semakin populer di era budaya digital, dimana siapa pun yang memiliki pengetahuan teknis dasar dapat membuat konten yang menyesatkan. Indonesia juga tidak kebal terhadap tren ini, dan beberapa insiden deepfake telah menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir. Apa itu deepfake? 

Deepfake adalah  kecerdasan buatan  yang memungkinkan terciptanya konten visual atau audio yang sangat meyakinkan dengan menggabungkan wajah, suara, atau gerakan seseorang ke dalam teknologi berbasis video atau audio (AI) lainnya. Teknologi ini menggunakan algoritma deep learning untuk memanipulasi video atau audio dengan sangat presisi sehingga hasilnya terlihat nyata. Hubungan antara budaya digital dan deepfake Dengan berkembangnya budaya digital, teknologi deepfake mulai menjadi bagian dari kehidupan online.

Pengguna internet di Indonesia sering kali menemukan video dan rekaman palsu dari tokoh masyarakat dan selebriti yang melakukan atau mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak pernah terjadi.

Insiden deepfake terbaru di Indonesia (2024) Insiden video politisi menjelang pemilu 2024 Salah satu insiden yang sedang tren adalah video deepfake yang menampilkan mantan presiden Indonesia.

Dalam video tersebut, bapak Joko Widodo sedang berbicara menggunakan bahasa Mandarin jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Video tersebut dengan cepat menjadi viral di media sosial, membuat banyak orang percaya bahwa bapak Jokowi fasih dalam berbahasa Mandarin. Namun setelah diselidiki, diputuskan bahwa video tersebut  merupakan hasil deepfake yang dibuat dengan tujuan untuk mencoreng citra karakter tersebut. Kejadian ini menjadi pembelajaran bagi masyarakat tentang risiko penyalahgunaan teknologi dalam dunia periklanan digital. Dampak Sosial dan Budaya Deepfakes Fenomena deepfake berdampak signifikan terhadap budaya digital dan kepercayaan masyarakat terhadap konten digital. Di satu sisi, teknologi ini bisa menjadi alat kreatif bagi mereka yang ingin bereksperimen di ranah digital.
Di sisi lain, dampak negatifnya juga lebih besar, apalagi jika digunakan untuk tujuan jahat seperti menyebarkan berita bohong, memanipulasi opini publik, atau bahkan memeras.

Tantangan penanganan insiden deepfake di Indonesia. Regulasi mengenai penggunaan teknologi deepfake di Indonesia masih  dalam tahap pengembangan. Pemerintah Indonesia perlu menetapkan pedoman dan regulasi yang jelas dalam pembuatan dan distribusi deepfake, terutama yang berpotensi menimbulkan keresahan sosial.

Selain itu, literasi digital juga penting guna menumbuhkan kesadaran masyarakat agar tidak mudah mempercayai segala bentuk konten digital yang tersebar di Internet.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun