Penulis adalah anak bungsu dari sepasang suami istri yang sudah berumur diatas 60, yang dikaruniai 3 bidadari yang salah satunya adalah penulis. Tak heran jika banyak dari teman-temannya yang menyangka orang tua penulis adalah kakek dan neneknya. Dan menganggap kakak pertamanya adalah ibu dari si penulis. Penulis adalah anak rantau yang rela jauh dari keluarganya untuk menuntut ilmu di sebuah tempat yang sangat sederhana, yaitu penjara suci. Ia hidup bersama para penuntut ilmu dari berbagai penjuru dunia, rela hidup jauh dari keluarga mulai lulus Sekolah Dasar sampai saat ini, dan Alhamdulillah sekarang sudah duduk di bangku perkuliahan.
Jauh dari keluarga memang bukan hal yang mudah, karena yang biasa hidup manja dan bergantung pada orang tua, berubah menjadi keadaan yang dituntut untuk bisa hidup mandiri. Apa-apa dilakukan sendiri, dari hal yang termudah-hingga yang sulit. Bahkan harus rela berperang dengan rasa rindu yang selalu menghantui hari-harinya, rindu akan kebersamaan keluarga yang sudah lama tak dapat ia rasakan.Di penjara suci ia bertemu dengan berbagai macam karakter seseorang, oleh karena itu ia diajarkan bagaimana cara bersosialisasi dengan baik, banyak yang membuat penulis berubah. Dulunya penulis terkenal sangat  egois, akan tetapi sejak berada di penjara suci membuatnya semakin dewasa dan lebih bisa menghargai orang lain, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.
Berbagai macam karekter teman-temannya harus bisa ia pilah dan pilih. Karena jika tidak, akan berakibat fatal. Penjara suci adalah tempat paling sederhana, karena semuanya serba sederhana, mulai dari makan, tidur, bahkan berpakaian. Sederhana namun istimewa, pesan yang paling pernah penulis dapat dari gurunya "santri oleh kalah rupo tapi kudu menang dungo, santri oleh kalah duwit tapi kudu menang wirid, santri oleh kalah pangkat tapi kudu menang tirakat" artinya, seorang santri itu boleh kalah penampilan, akan tetapi harus menang dalam berdo'a.
Seorang santri boleh kalah dalam masalah harta, tapi harus menang dalam wirid, seorang santri boleh kalah pangkat, tapi harus menang tirakat.
Intinya orang menuntut ilmu butuh pengorbanan, tidak hanya sekedar menuntut ilmu, akan tetapi harus diiringi usaha dan doa. Bahkan dianjurkan untuk  hidup sederhana, agar ilmu yang di dapat mudah diaplikasikan.
Seseorang boleh hidup mewah asalkan jangan israf atau berlebihan, karna berlebihan akan mengakibatkan seseorang lupa akan lingkungan sekitarnya, membuat seseorang lupa bersyukur dan membuat manusia tak pernah puas terhadap apa yang sudah ia miliki.
Di penjara suci juga banyak ujian yang penulis rasakan, namun ujian merupakan nikmat Allah untuk menguji seberapa kuat hambanya dalam menghadapi ujian tersebut. Dengan ujian justru manusia akan mengetahui inti kehidupan. Bagaimana kita menyikapi setiap masalah dalam hidup, dalam kelapangan dan kesempitan. Sabarkah kita??? Ikhlaskah kita?? Sebenarnya ujian terberat justru kesenangan, kekayaan, dan keberhasilan kebanyakan manusia akan lupa diri saat dan beubah dari yang semula ramah menjadi sombong karna sudah merasakan kesenangan. Oleh karena itu, hidup sederhana jauh lebih istimewa daripada hidup serba ada akan tetapi menjadikan manusia lupa pada sang pencipta, dan lingkungan sekitar. Akan lebih istimewa lagi jika hidup serba ada dan tak pernah lupa akan sang pencipta dan lingkungan sekitarnya.
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H