Mohon tunggu...
Dairotul M
Dairotul M Mohon Tunggu... Jurnalis - DAIROTUL

MAHASISWI

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengasingan yang Penuh Makna

2 Desember 2020   17:33 Diperbarui: 2 Desember 2020   17:37 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dulu ketika masih belum mengerti tentang arti sebuah kehidupan, bisa dikatakan saya adalah anak yang terbuang, diasingkan ke sebuah daerah yang jauh dari abah, umi, dan keluarga. Saya tinggal bersama salah satu keluarga yang sangat harmonis. Disana saya diajarkan banyak hal, mulai dari hal yang mudah hingga yang sulit. Akan tetapi saya merasa tertekan dengan keadaan saat itu. Bagaimana tidak, seorang anak yang masih berumur 5 tahun sudah jauh dari orang tua. Rasa rindu selalu saya rasakan , rasa rindu yang tak pernah terobati membuat air mata selalu menetes tanpa henti, rasanya ingin menjerit agar abah dan umi mendengar suara tangis dari kejauhan.

Saat itu, saya sangat menyukai datangnya malam Minggu, karena malam itu adalah malam dimana saya bisa merasakan pelukan hangat dari abah dan umi, walau pelukan hangat itu tak bisa saya rasakan setiap hari. Sekejap saya bisa tersenyum bahagia dan  melepas rindu yang kian  menggebu-gebu.

Dalam pelukan mereka saya merasakan kenyamanan dan tertidur pulas hingga berada dalam alam mimpi, mimpi yang indah bersama abah dan umi. Namun mimpi itu membawa saya tersadar kembali, bahwa abah dan umi kini tak berada di sampingku lagi. Tangisan kembali terdengar oleh para penghuni rumah, seorang  nenek tua  yang sangat menyayangi saya, yang selalu setia menemani saya siang dan malam mencoba menenangkan saya dan berkata "kenapa nangis nak?" Saya kembali menjerit, "abaaahhh....umiii"

Abah sama umi besok pasti kesini lagi nak, sudah jangan nangis lagi, kata nenek tua tadi. Akhirnya si anak malang pun merasa tenang dan tertidur kembali.
Dua tahun lamanya saya hidup bersama mereka, bersama keluarga yang selalu mengayomi dan mendidik saya. Akhirnya abah dan umi menjemput saya untuk pulang. Umi berkata pada saya, "nak umi tahu apa yang kamu rasakan selama jauh dari umi dan abah, maka saat ini tibalah saatnya kamu kembali bersama kami." Tanpa pikir panjang saya langsung pulang bersama Abah dan umi, walaupun sangat sulit untuk meninggalkan mereka yang telah merawat saya.

Saya sempat berfikir bahwa abah dan umi tidak sayang pada saya, karena beliau telah mengasingkan saya dari rumah, dan membiarkan orang lain yang menemani saya selama dua tahun. Akan tetapi setelah saya bertumbuh dewasa, saya sadar bahwa apa yang telah beliau lakukan itu karena beliau sangat sayang pada saya, karena beliau peduli terhadap masa depan saya. Beliau melatih bagaimana hidup sengsara tanpa didampingi orang tua, bagaimana hidup bersama orang lain yang belum kita kenal, agar kelak saya terbiasa dengan berbagai macam tantangan yang akan terjadi, agar saya bisa menjadi pribadi yang mandiri.

Tanpa saya sadari pula bahwa yang telah beliau lakukan pada saya merupakan Salah satu bentuk aliran  munculnya filsafat yang telah saya pelajari yaitu *Spiritualisme* dimana dalam aliran ini menganggap bahwa realitas puncak yang mendasari realitas yang eksis, yaitu roh dan jiwa dengan semua aktifitasnya. Jadi spirit tersebut merupakan kuasa dari setiap aktifitas, aturan maupun arahan.

Tak salah jika orang tua kita memberikan arahan,ataupun aturan pada aktivitas yang akan  kita lakukan, karena  orang tua menginginkan yang terbaik untuk masa depan putra putrinya.

Pesan saya diakhir tulisan ini, khususnya untuk diri saya sendiri dan umumnya untuk para pembaca adalah: *"Buatlah orang tua kalian menangis karena kesuksesan kalian, jangan buat mereka menangis karena kegagalan kalian"*

Semoga bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun