Kalau pertanyaan tersebut diajukan untuk lagu anak-anak yang muncul beberapa tahun belakangan ini, rasanya sulit untuk menjawab 'iya'.
Bahkan, anak-anak cenderung menyanyikan lagu-lagu orang dewasa yang liriknya sangat tidak mendidik. Bahkan beberapa 'menyuarakan' kesan putus asa sampai hal pornografi. Apalagi tampilan video clipnya.
Bagaimana dengan lagu anak-anak dahulu, yang jika didengar sepintas, liriknya sederhana, mudah dipahami anak-anak dan 'aman'?
Dulu, awalnya saya berpendapat seperti itu. Setelah besar dan sesekali bersenandung lagu anak-anak yang tersohor sejak dahulu dan tak lekang waktu itu, saya suka bertanya-tanya dan protes sendiri.
Lagu balonku, misalnya.
'Meletus balon hijau, dar! Hatiku SANGAT KACAU...'
Satu balon meletus sudah bisa membuat hati sangat kacau. Bagaimana kalau dua, tiga atau semua? Sedih, mungkin iya, SANGAT KACAU?
Begitu juga Nina Bobo. Lagu ini sangat populer dan sangat sering dinyanyikan. Sayangnya, ada unsur kebohongan di dalamnya.
'Kalau TIDAK BOBO, DIGIGIT NYAMUK.'
Nyamuk lebih sering menggigit objek DIAM daripada bergerak. Sedangkan orang BOBO cenderung lebih DIAM.
Di lagu yang saya sukai juga ada fakta ilmiah yang salah kaprah. Lagu Ambilkan Bulan.
'Bulan benderang, CAHAYA-nya sampai ke bintang.'
Saat anak sudah belajar tentang tata surya, maka dia akan menemukan fakta bahwa BULAN TIDAK BERCAHAYA, TIDAK MEMILIKI SINAR, GELAP. Bulan lah yang disinari bintang karena BINTANG LAH YANG MEMILIKI CAHAYA BENDERANG YANG BERSINAR, contohnya matahari.
Masih ada lagi yang lainnya.
Ah! Hal remeh-temeh gitu kok bikin ribet dan dipusingin?!
Jangan pernah remehkan kemampuan dan daya serap
anak. 80% dari apa yang diajarkan padanya akan terserap dengan baik oleh otaknya.
Tentu saja kita tidak ingin anak-anak penerus generasi bangsa menjadi anak yang galau/pesimis/mudah putus asa, anak yang suka berbohong atau anak yang mau diajari sesuatu yang salah. Meski 'hanya' lewat lagu.