Jogja mungkin tak lagi ‘seramah’ awal aku datang ke kota ini. Meskipun semakin hari rasa cintaku pada Jogja terus berubah, ya berubah dari sedikit semakin banyak. Sering banjir walaupun hujan deras hanya sebentar, panas yang membuat sakit kepala, macet yang mulai banyak di beberapa ruas, harga-harga yang mulai mengangkasa ke langit, bahasa yang mulai banyak ber elo-gue dan sikap ramah yang sedikit mengikis dari penduduknya.
Mengikis bukan berarti sudah habis. Masih banyak kalau mau diingat keramahan yang selalu menjelma dari jogja. Masih banyak tukang parkir bertanggung jawab yang tidak sekedar mengambil uang lalu pergi. Masih banyak pegawai toko, rumah makan yang bukan di Mall tersenyum ramah menyambut, melayani dengan ramah dan ‘melepas’ dengan ucapan terima kasih, masih banyak kondektur bis yang mau peduli dengan penumpang yang tidak tahu arah. Ya masih banyak.
“ Monggo…” kata yang biasa diucapkan ketika melintas dan melewati orang-orang yang ada di jalan yang kita lewati. Biasanya itu dilakukan sembari menganggukkan kepala dan tersenyum. Seingatku hal ini belum pernah kutemui dimanapun. Atau karena jam kunjungku ke daerah lain yang hanya seuprit? Biasanya ditempat lain hanya mengucap salam atau permisi tanpa menganggukkan kepala.
Liburan (weekend) panjang baru saja lewat, oleh-oleh dari Jogja juga mungkin belum habis ya. Sementara minggu depan libur panjang lagi. Masih suka liat-liat photo selama di Jogja, gudegnya masih terasa saat sendawa hehe. Pasti banyak cerita tentang Jogja, walaupun entahlah masih adakah cerita tentang ramahnya Jogja menyapa terselip di sana. Tapi semoga ada ya, walaupun tidak sempat bertemu ‘monggo’. Atau ada yang sempat membeli cokelat monggo? (gambar dari jogjakini.com) Sementara, liburan ini aku beberapa kali hampir terserempet kendaraan-kendaraan dengan plat nomer luar kota yang senang sekali bermanuver dan 'pamer' bunyi klakson di jalanan Jogja yang (menjadi) ramai. Bahkan ada yang membuat tambah kaget, si pengemudi dan ibu disampingnya memelototiku dari kaca spion tengah mobil (kaca mobilnya bening, bukan riben) dan memacu terus mobilnya. Mas-mas yang mau nyebrang ke arah berbeda sampe nengokin wajahnya melongo ke arah sedan merah itu.
“ monggo…silahkan duluan pak, bu…”
Fyuuuhhhh.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H