Mohon tunggu...
mona ^_^
mona ^_^ Mohon Tunggu... -

Chocolate lover | Travelling holic | Lovely alone

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

(Di Jogja) Dilarang Kencing...

12 Maret 2011   21:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:50 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

...disepanjang pagar ini. Begitu sambungan tulisan yang beberapa waktu lalu saya lihat saat bis yang saya tumpangi berhenti di lampu merah dekat polres depok. Dan tulisan itu terpampang di pagar depan kampus MM UGM yang megah itu. Tidak hanya satu plang yang saya lihat, ada 2 plang dengan jarak sekitar 5 m yang diselingi dengan tulisan “ Dilarang berjualan di sepanjang pagar ini “.

Pertama kali melihat, kaget dengan tulisan “kencing” pada plang biru itu. Apa enggak ada kata-kata yang lebih baik lagi selain “kencing” ya? Sampai si pembuat dan pemasang ataupun yang menginstruksikan tulisan itu dibuat dan dipasang menggunakan kata “kencing” yang nilai rasanya kurang gimana gitu

. Dan yang membuat lebih miris itu tertulis di depan pagar sebuah institusi pendidikan yang cukup tinggi ( gedungnya juga tinggi ^_^). Biasanya saya lihat tulisan “kencing” itu di tembok yang penuh belukar atau dekat tempat sampah dengan tulisan ‘yang kencing disini anjing’, hemmm…. Atau kalau menggunakan bahasa yang sedikit lebih baik, buang air kecil, misalnya, orang-orang tidak tahu bahwa yang dimaksud adalah kencing?

Selain tulisan yang membuat saya takjub, kening juga sempat berkerut ( tapi bukan tanda penuaan loh ), masa iya sih ada yang berani kencing disepanjang pagar itu???

Sebelumnya maaf, untuk selanjutnya saya menggunakan kata kencing bukan buang air kecil ditulisan ini. Daerah perempatan lampu merah itu kan ramai sekali, bahkan salah satu titik macet yang mona tau, walau tak sepanjang Jakarta. Siang hari daerah itu ramai, baik yang menggunakan kendaraan maupun yang jalan di trotoar dekat pagar itu, juga yang menunggu bis. Kalau malam deretan pagar itu penuh dengan yang berjualan, apa gak digebukin sama penjual kalo ‘si pelaku’ kencing disitu? Trus kapan dan gimana caranya ya??? 

Hal klasik memang, maunya bersih, nyaman, tertib, tentram, tapi tak mau memulainya, tak mau peduli, tak mau berpartisipasi membuat semua impian itu terwujud. Kalau memang kebelet, di daerah itu banyak warung makan yang ada kamar mandi dan bisa ditumpangi, atau lari saja ke dalam kampus yang juga punya banyak kamar mandi. Aurat menjadi tak lagi diumbar, lingkungan lebih nyaman, orang lain tidak terganggu, dan si pembuat plang & tim tak perlu memasang tulisan yang membuat takjub itu di depan institusi pendidikan tinggi itu.Atau kalau memang beser ( sering kencing ) dan tidak bisa menahan, pakai pampers saja seperti adik bayi, hehehe…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun