Mohon tunggu...
In Imanatun
In Imanatun Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga "keyakinan ialah tuntutan hidup, kejujuran merupakan investasi tertinggi"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrasi atau Democrazzy

10 Januari 2014   08:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:58 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah tidak asing pastinya dengan kata “demokrasi” yang bisa diartikan sebagai kebebasan berpendapat. Indonesia menganut sistem demokrasi yang berarti pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam sistem ini, maka diadakanya PEMILU sebagai wahana atau wadah aspirasi rakyat untuk berperan dalam kepemerintahan negara Indonesia.  Pemilu dilakukan untuk memilih wakil rakyat yang tugas dan fungsinya adalah menjalankan menjalankan kepentingan rakyat. Namun, apakah itu hanya permainan teori-teori belaka????….

“Rakyat memilih, rakyat sendiri yang tak percaya” begitulah kata-kata yang cocok untuk kondisi Indonesia sekarang ini. Sungguh benar-benar tragis, demokrasi yang diperjuang-juangkan malah balik menyerang rakyat. Lihat saja permainan politik yang kotor dan busuk bertahta tinggi menguasai Indonesia. Pemimpin dan wakil rakyat yang terpilih malah melindas rakyat. Inikah yang dinamakan demokrasi yang berteori “pemerintahan dari rakyat, leh rakyat, untuk rakyat”.

“Rakyat yang memilih dan rakyat yang berdemonstrasi”. Hasil bukanlah permulaan, mungkin seperti itu untuk menilai para petinggi negara. Masih sebagian besar rakyat buta terhadap apa dan siapa yang menjadi pilihannya, tentu saja sentuhan “Money” adalah hal yang paling ampuh untuk mengambil hati jiwa-jiwa yang butuh kesejahteraan. Alhasil, PEMILU menghasilkan koruptor-koruptor handal demi mengembalikan modalnya. Ya sudah, penyesalan pasti diakhir, barulah rakyat maju berdemonstrasi dan menghujat para petinggi negara. Inikah yang disebut sebagai demokrasii???

Masih cocokkah Indonesia dengan Demokrasi?????

Tentu saja masalah ini sangat sensitif, apalagi Indonesia ialah negara Multikultural, dimana beragam perbedaan selalu ada. Maka banyak sekali upaya dan wadah untuk menyalurkan suara rakyat dan berujung dengan demonstrasi dimana-mana.

Indonesia sepertinya belakangan ini merindukan masa orde baru, dimana pemimpin Indonesia saat itu memiliki ketegasan dalam menentukan keputusan. Meskipun nampak otoriter, namun percepatan pembangunan berjalan baik dan Indonesia menjadi negara yang disegani oleh negara-negara lain. “kepriye kabare dab, tesih penak jamanku tah” itulah kata-kata yang sering kita temukan belakangan ini. Mungkin ini adalah pertanda puncak kejenuhan dengan sistem pemerintahan yang ada sekarang.

Pemilihan presiden hanyalah membuang-buang dana negara dengan jumlah besar. Bukankah rakyat telah memiliki wakil rakyat  DPR dan MPR. Lalu apa perannya DPR ??? Sekedar jalan-jalankah menghambur-hamburkan dana rakyat pula. Yang katanya demokrasi, lalu rakyat telah memilih DPR, rakyat percaya kepada wakil mereka, mengapa rakyat harus kembali memilih presiden. Mengapa tidak wakil rakyat saja yang memilih, bukankah harusnya sudah bisa mewakili rakyat ???

Sebenarnya apa yang terjadi dengan sistem demokrasi kita…

Siapa yang paling disalahkan? Rakyat dengan kepolosannya, wakil rakyat dengan politik-politik kotornya, ataukah sistem yang harus dikritisi dan dibenahi…. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun