Dalam remang-remang hening, di atas ranting malam yang malang, aku mencoba menukar sendu jadi temu dan merangkai miliaran luka menjadi lupa. Tepat pukul kehilangan, aku melipatkan tubuh aksara dari bahasa. Istirahatkan kata dengan pulas, walau masih sesak dalam nafas. Aku masih memeluk sepi, merayakan hari-hari panjang penuh sunyi. Bercanda dengan cinta yang tak berkabar, bersua, berdendang ria dalam lagu-lagu satir, getir. Sendiri hampa, meskipun begitu banyak tanya. Aku lebih memilih bahasa sederhana: hanya aku yang aku cintai, lalu beri apresiasi. Perubahan adalah sesuatu yang memang terkadang menakutkan, membuat kita tidak nyaman, bingung, dan sulit untuk beradaptasi. Akan tetapi perubahan perlu dilakukan bila kau ingin berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dan tahan banting.
Di atas semesta ini, berbahagialah bersama dengan apapun dan siapapun karena kehidupan bukanlah puisi tentang hati atau nyanyian tentang rindu. Hidup adalah makna untuk bersama menemui gelak tawa di panggung sandiwara. datang, pergi lalu hilang, muncul adalah hal yang menguras air mata dari sunyi nya suasana hingga ke bahagia yang dusta. Cukup terima dengan ikhlas, maknai sampai tuntas atau ucapkan selamat tinggal agar terlihat jelas. Sadari kekuatan, talenta, dan minat terbaik dalam dirimu dan jangan tergoda untuk mengurusi kelebihan dan kekurangan orang lain. Lakukan apa yang membuatmu bahagia. Jangan jadikan keraguan berpikir sebagai batasanmu untuk mengembangkan diri dan mengukir prestasi dalam kehidupan.
365 hari, tentang aku yang tak mampu menaklukkan waktu. Pengabdian cinta, pengorbanan jiwa raga, tawa, air mata serta doa-doa. Di dalam sunyi, aku sedang sibuk menulis puisi tentang diri sendiri. Menangis dalam gerimis dan merindu dalam pilu dekap erat mendalam. Tertawa dalam duka dan sendiri dalam ramai rangkul kuat-kuat penuh hangat. Dan bila semuanya sudah tak seperti biasanya, maka terbiasa lah tanpa semuanya. Butuh jeda, rehat, sejenak agar sadar, sabar, tenang memulai jalannya lebih panjang. Ikrar, sumpah, janji harus tetap di imani agar serakah, angkuh, besar kepala mengalami musim surutnya. Naik turun, atas bawah, sebisa mungkin dinikmati dalam cawan asmara. Kalau diibaratkan kehidupan ini pecundang, maka kitalah orangnya.
Dari air kita belajar ketenangan, dari batu kita belajar ketegaran, perihal tanah kita belajar kehidupan, perihal kupu-kupu kita belajar merubah diri, tentang padi kita belajar rendah hati dan tentang diri sendiri kita belajar untuk menghargai, mencintai. Orang kuat bukan berarti ia tak pernah menangis tetapi ia terus tabah dalam menghadapi setiap ujian dari sang maha segalanya. Apapun itu, rayakan hari ini karena mungkin esok kau tak terbangun dari tidurmu. Tetaplah ingat pesan kehidupan: cintailah orang sewajarnya dan jangan mencintai secara berlebihan. Karena bisa saja suatu waktu orang yang kau cintai akan kau benci. Dan bencilah orang sewajarnya dan jangan membenci secara berlebihan. Karena bisa saja suatu waktu orang yang kau benci akan kau cintai dengan amat sangat.
Hidup bagaikan puisi, puisi yang menceritakan tentang kesepian lalu menjelma kerinduan dengan orang-orang yang telah tiada atau masih bersama namun terhalang jarak dalam kata. Saat suram bersedih muram durja, langkah harus tetap terayun pada tiap-tiap cerita. Saat rapuh bersandar pasrah, tangan tetap merapal meski berada dalam lembah. Bahagia bertandang, rindu untuk pulang, harus terus dinikmati dengan linang. Berlabuh, berkeluh kesah, kehidupan akan terus berjalan seperti arus sungai masa ke masa akan segera berlalu. Hidup dan kehidupan akan berubah sesuai alur dan kenangan itu hanyalah masa lalu yang telah terlanjur. Sekarang, kerjakan dengan lebih dan sepenuh hati.
Tentang hidup dan segala peliknya, mari rangkul dalam tawa kemudian menggenggam dalam bilik-bilik dada. Untuk yang datang dan pergi, kita semua pasti kembali. Entah untuk menemukan judul dalam diri atau saling menuntun dengan yang lain lagi. Jika setia adalah kutukan maka biarkanlah aku sendirian di dalamnya. Bagaimanapun kehidupan haruslah ditelusuri, berbekal doa dan harapan menjadikan ia semangat diri untuk berpacu dengan deru debu atau haru biru perjalanan kisah seorang anak manusia ini. Berhenti menyalahkan segalanya, ambil resiko, bermimpi lebih tinggi dan berharap besar. Usaha mencari pembenaran dalam kehidupan ini adalah sia-sia belaka.
Oleh : @paji_hajju (Masyarakat dan Antek Kenangan)
-Kupang, 2023 (Kamar Kost)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H