"Kenapa partai politik setia membagi kaos pemilu dan memenangkan omong kosong politisi?" Bisik Zaawww setelah bergegas dari musim nostalgia yang terpendam diam.
Terangku ini, itu "Negara ini butuh regenerasi. Generasi yang nggak mudah termakan janji-janji yang udah basi. Kau tahu Zaawww, hama paling menakutkan bagi petani bukanlah tikus, ulat, ataupun serangga. Lantas apa hama paling menakutkan itu? manusia! Dulu mereka berjanji adem ayem dalam masa-masa kampanye. Setiap bahasa kata-kata di rangkai dengan penuh indah hingga demokrasi menjadi luar biasa, jadi kenyataan dan lebih berwarna menghiasi panggung setiap lima tahun. Tapi kau harus ingat Zaawww, setiap makhluk yang bernyawa pasti akan merasakan mati, patah hati, dan ditipu para politisi yang menebar sensasi"
"Apakah kita sudah merdeka dan mengamalkan nilai-nilai luhur pancasila?" Tukas Zaawww seperti yang ditanyakan bulan semalam perihal kabar bumi.
Jelasku liar samar-samar "Zaawww, kita sudah merdeka dan telah merealisasikan nilai-nilai sakral pancasila. Ia kita sudah bebas dari masa-masa penjajahan dan juga sudah lepas dari tangan-tangan penjajah. Zaawww, percayalah ini perkataan paling jujur dan sudah lama terpendam dalam sanubari. Percaya atau tidak percaya. Zaawww, percaya sajalah sebagai teman dalam mimpi ataukah sebagai bunga-bunga tidur manjamu"
"Apa hukum-hukum keadilan tergadai kepentingan politis?" Ucap Zaawww kebingungan layaknya menafsirkan sunyi sumringah di taman surgawi.
Potongku menumpahkan titik cahaya di kegelapan "Wahai Zaawwwku, tidak. Hukum-hukum keadilan jalan sebagaimana mestinya. Tidak campur baur dengan hal-hal politik ataupun alat untuk kepentingan pribadi. Kita ini hidup di negara demokrasi. Zaawww, di negara nusantara ini hak-hak asasi, kritik dan saran selalu di junjung tinggi. Para petinggi kita, merakyat di depan layar. Merakyat juga di balik layar. Tangan kanan memberi, tangan kiri juga memberi. Dua hal di bumi pertiwi ini yang selalu istimewa, yakni; hukum tidak pilih kasih dan aturan segala kebijakan berkiblat pada rakyat, fakir miskin serta anak terlantar"
"Hidup kita sudah merdeka, kita sudah merdeka, kita telah merdeka. Hore tidak ada lagi tuding sana-sini dan penumpahan darah. Hidup kita sangat-sangat bertoleransi terhadap sesama, terhadap satu dengan lainnya. Kita benar-benar merdeka dan nasib kita diatur, dirawat beberapa ribu tahun ke depan oleh penguasa. Tak ada lagi tameng dan senjata. Segala sesuatu tetap dengan hati nurani dan akal jernih" Sergah Zaawww menepis segala keraguan, kegundahan di dada dari kegersangan.
"Ia Zaawww, kita sudah dan telah merdeka. Kita sudah dan saling menghormati sesama. Ia Zaawww, kita sudah dan tak lagi memilih menjadi penindas. Zaawww, kita benar-benar pulih dari masa lalu dan benar sembuh atas pergolakan sejarah" Tegasku di balik gelap beratapkan langit-langit bintang, desiran angin dan deburan ombak yang syahdu tenggelam di matamu yang dingin ini.
Gumam Zaawww hangat "Baik, Paji. Semoga kita bukan apa yang di wartakan oleh Soe Hok Gie dalam bukunya catatan seorang demonstran. Yaitu kita seolah-olah merayakan demokrasi tapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat yang merugikan pemerintah"
"Tidak Zaawww, tidak" Selaku riuh bersemi ruang asmara yang penuh candu di rumah rasa.
Kemudian pungkas Zaawww "Apakah sejarah berulang menemukan bentuknya yang sempurna?"