Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Syarwan Edy, sangat suka dipanggil dengan nama bang Paji. Si realistis yang kadang idealis | Punya hobi membaca, menulis dan diskusi | Kecintaannya pada buku, kopi, dan senja | Didewasakan oleh masyarakat dan antek kenangan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Aku dan Tulisan

13 Oktober 2022   16:09 Diperbarui: 13 Oktober 2022   16:11 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Di bawa kaki sambekala aku selalu percaya kalau setiap tulisan itu akan selalu menemukan pembacanya sendiri. Pelukan dan dekapan pena adalah hal ternyaman untukku bagaikan bersenda gurau dengan bumi yang lebih dari sahabat. Sebab hanya tulisan yang mampu menyampaikan rasa dan emosi yang sedang kurasakan.

Mungkin aku juga bagian dari aksara-aksara indah dan bait-bait penuh luka merenung takdirnya sendiri dirona merah jingga yang mulai memudar mengheningkan cipta.

Sadarlah, bahwa tidak semua ekpektasi sama dengan kenyataannya. Hal-hal baik tidak selalu tepat waktu menemukan momentumnya tuk hinggapi dahan-dahan lapuk. Sungguh menyakitkan bukan? Aku hanyalah aku. Sebagai seorang eksistensialis dan sesosok tubuh yang masih percaya terhadap dekapan, rangkulan serta pelukan hangat Tuhan. Bersyukur juga ialah cara termudah untuk bersabar.

Semesta itu luas, kenapa kamu hanya menyukai purnama? Teruntuk diriku, banyak sabar memahami diri sendiri.

Terimakasih sudah berusaha dengan baik. Meski masih banyak peliknya yang belum dipeluk. Maknai setiap isi dari apa yang telah, sedang, maupun yang akan terjadi. Kita semua berhak bahagia. Semoga tumbuh dengan akar yang kuat.

Surat untuk aku, sebuah manuskrip kecil peluh basah yang bisa saja menjadi peninggalan sejarah diingatan orang-orang yang bukan mencintai dengan matanya. Dan tahu jelas mau kemana arah rasa itu dipulangkan.

Di beranda hati semoga kedamaian itu bisa tertidur dengan nyenyak. Dalam kelam malam memeluk diri sendiri dan bergumam renyah : "Gak nyangka aku aku sesabar ini sekarang."

Dengarkanlah, beberapa suara tak menggunakan kata-kata seperti sunyi pada bunyi. Mereka butuh didengarkan, dimengerti, itu sudah lebih dari cukup.

Sebelum datang kantuk, aku berusaha selesaikan cepat-cepat laksana ingin tenggelam secara diam-diam dan menyelami ingatan masa lalu. Kira-kira begini. "Aku sayang kamu" hehe, bukan.

Kepada, aku yang mudah rapuh di ujung malam yang kelabu.

Kau sudah berada di titik yang kau inginkan. Misal, apa yang kau inginkan? Jujur, tak ingin membuat segalanya menjadi runyam. Hidup ini apa sih? Esok belum pasti, hari ini nikmati sebaiknya. Ada sedih, perih, luka dan bahagia. Tidak semua orang suka sama kita juga tidak semua hal membuat kita puas menikmatinya. Dalam hidup harus begitu supaya ada seninya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun