Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Syarwan Edy, sangat suka dipanggil dengan nama bang Paji. Si realistis yang kadang idealis | Punya hobi membaca, menulis dan diskusi | Kecintaannya pada buku, kopi, dan senja | Didewasakan oleh masyarakat dan antek kenangan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merdeka - Mereka

18 Agustus 2022   05:44 Diperbarui: 18 Agustus 2022   05:56 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merdeka - Mereka

Merah masih merah
Putih tetap putih
Semangat terus membara
Berkorban jiwa raga
Membela Negara tercinta

Anak Pertiwi bermain riang gembira
Dibawah kabut asap yang lara
Ibu memeluk erat asa
Tubuh gemetar penuh sengsara
Bapak memanen duka
Diujung kaki bukit durjana

Nenek bercerita teka-teki jenaka
Mengusap tangis bisu perjuangan bangsa
Kakek merakit harapan belaka
Dengan mengadaikan harga dirinya
Riuh derita haru untuk penguasa
Yang rela diperbudak jabatannya
Pahlawan tinggal nama
Jasa dikenang sebagai dongeng semata

Baca juga: Memeluk Tawa Mereka

Petinggi Negeri hanya bayang
Tak hiraukan ratusan nyawa yang melayang
Dewan perwakilan rakyat tuli serta buta
Tak mendengarkan aspirasi rakyat yang terus-menerus menggema
Para politisi sibuk berkoalisi
Lupa janji-janji hingga jadi basi
Raskin lebih berharga
Dari keadilan yang tak pernah merata

Merdeka - Mereka
Koruptor dilindungi baju besi
Korupsi sudah menjadi sebuah tradisi
Habis korupsi terbitlah remisi
Orang dalam sebagai senjata utama
Mengudara di angkasa raya
Mendahulukan sanak saudara
Demi menuhan pada dahaga
Sawah di rampas busung lapar
Hutan di babat antek tak terukur
Kehangatan makin getir
Kelembutan makin samar
Lucu!

Merdeka - Mereka
Yang bersuara di ringkus
Oleh oknum yang bebal dan tak waras
Mengkritik berakhir di jeruji
Aparat bengis dan para penjajah keji
Berseragam rapi
Tapi lupa membawa hati nurani
Bhinneka Tunggal Ika hanya semboyan
Penjajahan di atas dunia tidak benar-benar di hapuskan
Pancasila di junjung sebagai hafalan
Demokrasi sudah lama mati suri
Undang-undang 45 pun di lacuri
Yang kaya di cinta
Yang miskin di benci
Miris!

Merdeka - Mereka
Yang berbintang di puja
Yang menyampaikan kebenaran di buru
Rakyat makan dari duri-duri
Minum dari air mata sendiri
Perjuangan pahlawan tak berarti lagi
Ide digadai untuk menghidupi istri muda
Kebebasan berpendapat di renggut
Hak asasi di injak-injak
Pengibul menebar sensasi
Ketua partai tebar pesona
Lainnya sibuk merekayasa kasus
Kita merdeka hanya dalam mimpi
Hingga tulang belulang
Merdeka layaknya kita berilusi.

Tragis.

Oepura, 18 Agustus 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun