Rekapitulasi hasil pemilu yang penuh dengan kesalahan telah menjadi sorotan di kalangan mahasiswa dan lingkungan kampus. Kesalahan data yang seharusnya dapat dihindari menjadi bahan tertawaan, namun dampaknya bisa sangat fatal. Jika sistem ini dilakukan oleh mahasiswa sebagai bagian dari tugas kuliah, bisa dipastikan mereka akan gagal bahkan sebelum mencapai level skripsi.
Bagaimana mungkin sebuah sistem pemilu 2024 yang menangani data dari ratusan juta penduduk dan menentukan masa depan bangsa ini bisa begitu rentan terhadap kesalahan dan kurangnya validasi data yang masuk? Proses validasi data yang akurat adalah hal yang krusial. Bagaimana bisa sistem KPU menghasilkan jumlah pemilih yang melebihi populasi daerah tersebut?Â
Bayangkan jika mahasiswa membuat sistem keuangan yang memungkinkan nasabah untuk mengambil uang melebihi saldo mereka di ATM - tentu saja, bank yang akan merasa dirugikan.
Artinya, sistem rekapitulasi KPU jauh dari standar pengembangan dan pembangunan sistem yang aman. Ini merupakan suatu bahaya yang tidak bisa diabaikan. Sistem seperti ini tidak bisa diperbaiki hanya dengan melakukan editing berdasarkan kesalahan yang ditemukan. Bank tidak akan menerima hal tersebut, dan demikian pula seharusnya dengan sistem rekapitulasi KPU ini.
Diperlukan perubahan mendasar dalam pendekatan pengembangan dan pemeliharaan sistem rekapitulasi KPU agar dapat memenuhi standar keamanan dan keandalan yang diperlukan dalam menangani data pemilihan umum, yang merupakan pondasi demokrasi bangsa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H