Mohon tunggu...
Jack Febrian Rusdi
Jack Febrian Rusdi Mohon Tunggu... Dosen - PhD bidang ICT. Dosen dan Peneliti

Phd ICT of Universiti Teknikal Malaysia Melaka (UTeM), and Student of Psychology in Bandung. Indonesian Tourism Journalist Association (ITJA) and Indonesia Marketing Association (IMA). Founder of Bandung Awards. Lecturer and Author of Information Technology books.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berjuang Didampingi Penyakit Berbahaya dan Diwisuda Setelah Tiada

21 Mei 2022   17:56 Diperbarui: 21 Mei 2022   18:09 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerahan ijazah sarjana almarhumah Atiek Fauziah ST kepada orang tuanya (sumber: youtube sttbandung)

Berdampingan dengan penyakit lupus merupakan tantangan tersendiri. Mengingat lupus merupakan penyakit yang dikategorikan berbahaya, karena menyerang kekebalan tubuh, dan penyakit ini tidak dapat disembuhkan [1].

Kali ini kita mengangkat bagaimana seorang mahasiswa dari jurusan Teknik Industri di Sekolah Tinggi Teknologi Bandung berjuang menyelesaikan skripsi hingga diwisuda saat dirinya telah tiada. Wisuda dilakukan pada 21 Mei 2022 di Ballroom Trans Luxury Hotel Bandung, dan ijazahnya diterima oleh kedua orang tuanya. Nama mahasiswa tersebut adalah Atiek Fauziah, ST.  dan biasa dipanggil Atiek.

Perjuangan yang dilakukan oleh Atiek semasa hidupnya menarik untuk dikaji, terutama dalam menghadapi tantangan menyelesaikan penyusunan skripsi sambil berdampingan dengan penyakit lupus, dan akhirnya Atiek meninggal setelah skripsi diselesaikannya.

Bagaimana Atik berjuang dalam menyelesaikan skripsinya sambil didampingi penyakit berbahaya tersebut? Pengalaman membimbimbing Atiek dalam menyelesaikan skripsinya ini menarik untuk disimak, terutama berdasarkan hasil sharing pengalaman dari pembimbing skripsinya, Rimba Krishna Sukma Dewi, ST., MM. Hasil sharing ini dirangkum dalam artikel ini.

Banyak hal yang menarik ditemukan selama membimbing Atiek ini, termasuk dari sikap dan daya juangnya. Bagi Rimba bahkan Atiek dijadikannya sebagai guru esensi menyikapi hidup ini.

Atiek dilihat Rimba sebagai seorang mahasiswa yang gigih, Atiek menyadari bagaimana makna dari penyakit lupus tsb, namun baginya penyakit tersebut tidak menjadi penghalang. Rimba pernah menemukan bagaimana dia mengerjakan skripsinya pada saat dirawat di rumah sakit. Kondisi penyakit dan rasa sakit yang dihadapinya seperti bukan penghalang baginya.

Proses cuci darah adalah bagian dari kehidupan Atik. Bahkan di akhir hayatnya, dalam satu minggu cuci darah dilakukannya tidak hanya sekali. Situasi cuci darah bahkan tidak menjadi penghalang baginya untuk melakukan seminar terbuka yang dijadwalkan pada hari yang sama, meskipun sebagai pembimbing Rimba menyarankan sidang diundur, namun Atiek tetap teguh dan menyatakan siap menghadapi sidang tersebut.

Salah satu motivasi Atiek yang pernah didengarkan oleh Rimba adalah, Atiek ingin memberikan kebahagiaan kepada kedua orang tuanya melalui penyelesaian studi sarjananya ini.  Ketulusan dia untuk menyelesaikan ini kuat, dia melakukan tanpa mempedulikan kondisi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh penyakitnya itu. Atiek pernah mengungkapkan bahwa dia juga berjuang karena dukungan orang-orang dekatnya, baik di lingkungan kampus, keluarga, maupun lainnya. "Saya harus menyelesaikan sarjana ini, apapun tantangannya," seperti yang pernah diungkapkan Atiek pada Rimba.

Mental dan komitmen yang dimiliki oleh Atiek terlihat luar biasa, bisa diakatakan extra ordinary. Atiek termasuk anak yang menepati janji, misalnya menjanjikan progress hasil suatu bimbingan dalam tiga hari, dalam masa itu dia selesaikan meskipun dia harus dirawat kembali ke rumah sakit karena kondisi penyakitnya. Bahkan dalam beberapa kasus, skripsinya dikerjakannya di rumah sakit. Sampai akhirnya skripsi tersebut diselesaikan.

Baik Moch Waladin ataupun Ibu Sumarni, selaku orang tua Atiek, mereka pantas bangga memiliki Atiek, terutama dilihat dari daya juang, komitmen dan ketulusan yang pernah dilakukan almarhumah. Bahkan, Mochammad Nasser selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Bandung, menyebut Atiek merupakan wisudawan kuat dan hebat, hal ini disampaikannya pada saat memberikan sambutan pada Sidang Senat Terbuka Wisuda XVII Sekolah Tinggi Teknologi Bandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun