Pendamping Lokal Desa (PLD) merupakan ujung tombak dalam mendukung pembangunan desa di seluruh Indonesia. Untuk meningkatkan kompetensi mereka, Kemendesa memperkenalkan Learning Management System (LMS) sebagai platform pelatihan daring. Namun, implementasi LMS ini tidak lepas dari berbagai tantangan yang harus dihadapi peserta, terutama saat pelatihan Pra Tugas.
Pada awal Januari 2025, statistik menunjukkan bahwa sekitar 56% PLD berhasil menyelesaikan pelatihan melalui LMS. Meski angka ini cukup menggembirakan, kenyataannya masih banyak PLD yang menghadapi kendala teknis. Masalah yang paling umum meliputi sulitnya login, video pembelajaran yang sering terhenti di tengah pemutaran, ketidakmampuan mengunduh modul, dan kesulitan berpindah dari satu pokok bahasan ke pokok bahasan lainnya.
Kendala ini tidak hanya mengganggu proses belajar, tetapi juga mempengaruhi jadwal pelatihan secara keseluruhan. Penundaan pelatihan menjadi tak terhindarkan, dan pengumuman perubahan jadwal disampaikan melalui grup whatsApp pendamping desa. Solusi ini memang membantu komunikasi, tetapi tetap tidak menyelesaikan masalah utama yang dihadapi peserta, terutama terkait kualitas akses internet di daerah terpencil.
Namun, para PLD tidak menyerah begitu saja. Mereka menemukan berbagai cara untuk mengatasi masalah ini. Beberapa peserta mencoba menggunakan browser alternatif baik di perangkat HP maupun laptop, alih-alih aplikasi LMS di android yang sering bermasalah. Ada juga yang memilih untuk sering me-refresh halaman saat menemui kendala teknis. Kesabaran menjadi kunci dalam menghadapi setiap modul yang memerlukan klik ulang agar dapat diakses.
Selain itu, para peserta yang berhasil mengakses LMS segera menonton video pelatihan dan mengunduh modul untuk dipelajari secara offline. Dengan cara ini, mereka tetap dapat memahami materi sembari menunggu koneksi internet atau sistem LMS kembali stabil. Upaya ini menunjukkan inisiatif dan ketekunan PLD dalam menyelesaikan pelatihan di tengah keterbatasan.
Berita baiknya, pada minggu kedua Januari 2025, akses LMS mengalami peningkatan signifikan. Platform ini mulai berjalan lebih lancar, memungkinkan PLD untuk belajar tanpa hambatan berarti. Materi pelatihan seperti video, modul, infografis, hingga soal pre-test dan post-test dapat diakses dengan lebih mudah. Peserta juga diberikan kesempatan untuk memberikan umpan balik melalui survei, sehingga LMS bisa terus diperbaiki.
Keberhasilan para PLD dalam menyelesaikan pelatihan ini menunjukkan pentingnya perbaikan infrastruktur dan dukungan teknis yang lebih baik. Dengan akses yang lebih stabil, PLD dapat fokus pada peningkatan kompetensi tanpa terhambat oleh masalah teknis. Selain itu, pengalaman ini menjadi pembelajaran penting bagi Kemendesa dalam mengelola pelatihan daring di masa depan.
LMS bukan sekadar alat belajar, tetapi juga simbol transformasi digital dalam upaya memperkuat pembangunan desa. Dengan dedikasi yang ditunjukkan oleh para PLD, harapan akan desa-desa yang lebih mandiri dan sejahtera menjadi semakin nyata. Untuk itu, dukungan semua pihak, termasuk pemerintah, penyedia layanan internet, dan masyarakat, sangat diperlukan agar pelatihan berbasis digital ini dapat berjalan dengan maksimal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI