Mohon tunggu...
Budi Sarwono
Budi Sarwono Mohon Tunggu... Dosen -

Staf pengajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lima Fakta Keliru Tentang Narsis

27 Oktober 2015   02:46 Diperbarui: 27 Oktober 2015   03:08 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

1. Seseorang mengajak orang lain untuk berfoto, ia mengatakan “Ayo kita narsis dulu!”.

Kesalahan ini terjadi karena kata narsis (narsistik) digolongkan dalam kamus istilah fotografi. Padahal narsistik tidak ada urusannya dengan fotografi. Dalam kalimat itu, narsis diartikan menjadi foto/berfoto. Kalau penggunaan bahasa ini tidak diluruskan, generasi mendatang tahunya narsis itu ya sinonimnya foto/berfoto.

Nanti, seorang MC perkawinan akan mengumumkan kepada hadirin, supaya narsis bersama mempelai sebelum pulang. Atau, kepala sekolah bisa saja minta kepada para siswanya untuk mengumpulkan narsis 3x4 sebanyak lima lembar sebagai syarat mengikuti UAN.

Dalam DSM V (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder), kitab sucinya para psikiater dan psikolog, disebutkan ciri ciri orang narsis adalah; merasa diri besar; butuh pengakuan; kurang empatik; merasa diri special. Tidak ada satu ciripun yang menyebutkan orang narsistik memiliki kegemaran berfoto. Jadi men jugde orang yang suka berfoto sebagai narsis itu juga salah besar.

2. Seseorang datang ke toko assessoris HP lalu berkata “Cik, saya mau beli tongsis ”

Tongsis adalah istilah baru dalam dunia fotografi, kata ini merujuk pada suatu piranti yang dapat membantu seseorang untuk mengambil gambar (foto) diri tanpa bantuan orang lain. Tongsis adalah singkatan dari tongkat narsis. Padahal, untuk menjadi narsistik Anda tidak memerlukan tongkat apapun. Kesalahan utama terjadi ketika Anindito Respati Giyardani (Bebeb) seorang yang dipercaya sebagai penemu monopod ini, menamai produknya dengan nama tongsis. Padahal seharusnya ia menamai produknya dengan nama Tongtret (tongkat untuk potret).

3. Seseorang meng upload foto di akun FB-nya dengan caption “Sebelum lanjut kerja, narsis dulu”

Kalimat itu sebetulnya bentuk subversi bagi Bahasa Indonesia. Anak anak yang kematangan bahasanya belum cukup, ketika embaca kalimat itu akan menangkap arti bahwa narsis itu berarti istirahat. Kalimat yang benar adalah “Sebelum lanjut kerja berfoto dulu”

4. Ketika Fadli Zon selfie dengan cewek bule di acara Donald Trump, netizen menyebutnya narsis

Ini kesalahan cara berpikir para netizen, seorang yang sedang melaksanakan tugas negara seharusnya mendapat apresiasi sebesar besarnya. Bukankah kita tahu, nilai tukar rupiah terhadap dolar sedang terpuruk, wajarlah jika para anggota DPR pergi ke Amerika. Kalau nilai tukar rupiah terhadap Yen terpuruk, mungkin mereka akan pergi ke Jepang.

Saya yakin mereka melakukan nego nego dengan otoritas keuangan di sana untuk menurunkan nilai tukar dolar terhadap rupiah. Selfie dengan cewek bule hanyalah sebuah strategi kecil untuk menurunkan nilai dolar itu. Jadi salah jika itu dianggap narsis. Yang benar adalah ia sedang berjuang demi Negara dan seluruh bangsa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun