Mohon tunggu...
Y. B. Inocenty Loe
Y. B. Inocenty Loe Mohon Tunggu... Guru - Instruktur Pembelajaran Kreatif, Penulis, Kandidat Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Yohanes Baptista Inocenty Loe, Saat ini menjadi kandidat Magister Teknologi Pendidikan di Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Ia bekerja sebagai pendidik di salah satu sekolah swasta di kota Kupang, sekaligus menjadi instruktur pelatihan menulis dan pembelajaran kreatif berbasis digital di NTT. Sebagai seorang instruktur menulis, karya-karyanya telah diterbitkan di media massa cetak maupun online. Ia telah menerbitkan tiga buku yaitu Kisah Para Pelukis Wajah Bangsa, Literasi di Atas Awan dan buku terbarunya berjudul Prinsip-Prinsip Demokrasi John Rawls (Menguak Kebebasan dan Kesetaraan). Selain itu, ia juga adalah editor yang telah mengedit puluhan buku dan membantu banyak pihak untuk menerbitkan bukunya. Sebagai pelatih pembelajaran kreatif berbasis digital, ia banyak kali diundang ke berbagai kesempatan di wilayah NTT untuk berbagi inspirasi dan motivasi. Kemampuannya ini telah dibuktikan dengan berbagai pencapaian dan penghargaan yang diraihnya. Pada 2021, dinobatkan sebagai penulis aktif tingkat Nasional dan guru aktif literasi tingkat nasional. Di bidang pembelajran kreatif berbasis digital, seluruh karya dan inovasinya pernah ditanyakan di TVRI Nasional pada program Inspirasi Indonesia, akhir 2022 lalu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Solo dan Kupang

23 Februari 2024   21:14 Diperbarui: 23 Februari 2024   21:29 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Y. B. Inocenty Loe

Solo itu di Jawa tengah. Sedangkan kupang, di NTT, timur Indonesia, surganya para pencinta kehidupan. Yah, orang kupang memang pencinta kehidupan. Setidaknya takut mati. Kalau ada yang mati, menangisnya minta ampun. Dukanya bertahun-tahun. Bukankah semua yang hidup harus mati. Kematian adalah cara merayakan kehidupan abadi kan?

Itu tadi tentang Kupang. Aku ingin bercerita tentang solo, kota seribu tanda tanya. Yang selalu membuatku bertanya-tanya. Tentang mengapa keramahan itu harus dengan suara yang halus. Orang Kupang percaya bahwa  kejamnya batu karang hanya bisa diatasi dengan kerasnya palu komitmen dan peliknya panas matahari dapat diatasi dengan buang jauh-jauh sikap cengeng dan acuh tak acuh.

Di Solo ini, aku belajar bahwa panasnya hati dapat diatasi dengan kelembutan suara. Bahwa semua yang rumit bisa menjadi bermakna, lihatlah kerumitan ukiran batik solo. Indah bukan, terkenal seantero dunia. Di kota ini, aku belum menemukan kenangan rintik-rintik hujan, yang menuliskan cerita cinta daun pada pepohonan. Juga, belum kudapati senyuman pohon sepe, yang mengisahkan kuncup-kuncup rindu untuk selalu bersama.

Tetapi yang pasti, di kota seribu tanya ini, kutemukan diriku, bukan untuk sekedar minum kopi, tetapi untuk menjawabi pertanyaan tentang kehidupan. Cinta akan kehidupan selalu dimulai dengan pertanyaan. Dan semua pertanyaan tidak pernah akan memberikan jawaban. Karena itu, kau butuh belajar, mati untuk hidup kembali.

Solo (Jebres), 23 February 2024

Ingin kucintai dirimu dalam diam dan harapku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun