Mohon tunggu...
Inho Rohi
Inho Rohi Mohon Tunggu... -

Bekerja di Jakarta dengan riset dan data. @inho_rohi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hujan dan Rencana Politik yang Gagal

3 November 2015   13:41 Diperbarui: 3 November 2015   13:49 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan semalam dan mendung di awal bulan di Jakarta, menyisakan pertanyaan tentang El Nino, nilai tukar, stok pangan, pembakaran hutan, dan desas-desus tentang huru-hara Pilkada Serentak 2015.

Sejak beberapa bulan lalu, sudah terdengar tentang rencana penjegalan pemerintahan Jokowi dg memanfaatkan momentum El Nino. Mengapa El Nino?

Sejarah Indonesia mencatat bahwa puncak kerusuhan politik selalu berbarengan dengan fenomena El Nino, sejak 65-66, menjelang Malari hingga peristiwa 1998. Puncak El Nino tahun 2015 sebelumnya diperkirakan pada akhir November hingga awal Desember.

Apa yg mau dimanfaatkanoleh pelaku begal politik? Krisis global dunia menjadi krisis politik dalam Pilkada Serentak.

Dampak paling jelas dari krisis global kali ini adalah melemahnya nilai tukar rupiah. Agar kewibawaan pemerintahan Jokowi terus merosot, maka kondisi ini tak hanya dipertahankan tapi juga dibuat lebih parah. Caranya?

1. Menyebarkan kabar burung agar semua orang menarik dana dari Bank. Meme Rini Soemarmo sudah beredar luas, tapi gagal membuat panik. Seperti diutarakan oleh Menkeu dan Gubernur BI, bahwa secara matematis kondisi keuangan kita masih aman. Tapi tidak secara psikologis, jika ada yang terus bermain untuk menciptakan kepanikan.

2. Membuat bencana nasional dengan membakar hutan, tak hanya di Sumatera dan Kalimantan, tapi juga hutan-hutan di Jawa. Apa kebakaran hutan bukan karena faktor cuaca yang panas? Jelas tidak! Apalagi jika di lokasi kebakaran kini tumbuh pohon-pohon sawit. Nah lho..

3. Membuat krisis pangan, seiring dengan kekeringan yang disebabkan oleh El Nino. Ini cara pamungkas. Bayangkan, negara harus impor beras di kala nilai tukar masih merosot, sementara dana cadangan terkuras untuk atasi kebakaran hutan.

Nah, ujung dari skenario tadi adalah Pilkada Serentak 2015 yang baru terjadi untuk pertama kalinya. Lebih dari 50% Pilkada Serentak dilakukan di puncak El Nino. Gelombang krisis sangat mudah terjadi jika 3 skenario tersebut sukses di lapangan.

Sayangnya, hujan mengguyur. Tak hanya asap yang berkurang, sawah dan kebun kering pun kini tersirami. Api kebakaran hutan segera padam, stok pangan akan segera berlimpah. Mendung menggelayut, moga hujan tetap tercurah.

Mari turut menjaga agar momentum Pilkada serentak menjadi momentum kemenangan demokrasi, meski hanya sebatas demokrasi prosedural.

Rupanya, lelemahan para begal kali ini adalah tak punya back up kuat dari para pawang hujan. Cheers.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun