Setelah kenyang dan sangat menikmati olahan sate Padang di tambah ramainya lalu lalang kendaraan di pertigaan jalan Cirendeu Kecamatan Cibadak pada pukul 10 malam, sambil menyalakan rokok kretek yang masih tinggal 2 batang, saya iseng dan tanpa sengaja menemukan postingan di grup Facebook yang mendukung seorang tokoh politik di Kabupaten Sukabumi sebagai bakal calon bupati.
Namun, saya sedikit terkejut melihat jawaban dari salah satu akun yang diketahui sebagai oknum anggota DPRD. Jawabannya memunculkan narasi sentimen lokal yang membuat saya sedikit terbatuk ketika menghisap rokok kretek kesukaan saya, yang biasanya hampir tak pernah terjadi di waktu-waktu lalu.
Kira-kira bunyinya " Jangan pilih dia, karena dia warga daerah X bukan warga asli Sukabumi, mending pilih si B yang asli orang Sukabumi."
Saya mencernanya sebagai sebuah narasi yang mengarah pada sentimen lokal. Seolah-olah memunculkan pemisahan antara warga asli dan pendatang, tanpa mempertimbangkan kualifikasi dan visi dari calon tersebut. ( Padahal calon yang ia kritik berasal dari partai yang sama-sama barbasis Islam yang sama dengan dirinya. Apakah lagi  bila terhadap kandidat dari partai yang berbeda ideologi. )
Agak lain juga saya menilai  beliau ini
Saya pikir pemilihan kata seperti itu menunjukkan kealpaannya, atau mungkin juga akibat ketidaktahuannya akan prinsip-prinsip demokrasi yang mendasar.Â
Maka, jangan juga salahkan bila nanti masyarakat  memberi kesan dan persepsi yang negatif akan ketidakmengertian oknum dewan itu terhadap esensi demokrasi.
Sebagai anggota legislatif, seharusnya dia menyadari bahwa pemilihan pemimpin tidak semata-mata berdasarkan asal daerah, tetapi lebih pada kualitas, integritas, dan visi dari calon yang bersangkutan.Â
Sebetulnya bila dibandingkan dengan dirinya, hal tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda Karena dia sebagai seorang anggota legislatif yang terpilih tidak hanya didukung oleh warga dari desanya  sendiri, melainkan juga dari desa-desa dan kecamatan yang berbeda. Bagaimana rasanya bila masyarakat pemilihnya yang berada di luar desa ataupun kecamatannya mengatakan hal yang sama terhadap dirinya. Walaupun hal itu dalam ruang lingkup yang lebih kecil.  Tentu pernyataan tersebut sangat menyakitkan bukan?
Tidak hanya itu, cara-cara seperti ini bukan hanya merugikan calon yang diserang, tetapi juga berpotensi memecah belah persatuan di tengah masyarakat. Sentimen lokal yang dieksploitasi secara negatif dapat menghasilkan polarisasi dan konflik, dan dapat mengganggu proses demokratisasi yang seharusnya terbuka dan juga menghargai keberagaman.