Dewasa ini, industri perfilman Korea Selatan telah menciptakan gelombang besar di dunia hiburan internasional. Pada awal 2000-an, film Korea Selatan seperti My Sassy Girl (2001) menarik perhatian dunia. Hingga saat ini, film dan serial Korea Selatan mengambil peranan penting dalam industri hiburan global. Tentu saja ini didukung dengan bagaimana industri film Korea Selatan mengutamakan kualitas produksi, Â cerita yang kuat, dan berani mengangkat isu-isu sensitif seperti korupsi, ketidaksetaraan sosial, kesehatan mental, dan lain-lain.
Saat ini, industri film Korea Selatan sedang mencapai masa keemasan. Selain karena kualitas produksi, cerita, dan inovasi genre, dukungan pemerintah seperti memfasilitasi produksi film serta platform streaming, seperti Netflix yang membuka peluang untuk menjangkau penonton yang lebih luas. Faktor-faktor inilah yang memengaruhi kesuksesan industri ini.
Cerita dalam industri film Korea Selatan mengangkat kisah-kisah menarik. Salah satunya, film Parasite disutradarai oleh Bong Joon-Ho mengisahkan tentang kesenjangan sosial dan berhasil meraih 4 penghargaan Piala Oscar, ajang penghargaan paling prestisius industri film di dunia. Selain itu, terdapat film Train to Busan menggabungkan elemen horor dengan drama emosional yang kuat. Hal ini menunjukkan film Korea Selatan berani mengeksplorasi tema baru dan menggabungkan genre secara unik.
Selain Parasite, film lain seperti Squid Game bergenre Thriller-Gore juga mendapatkan perhatian global. Film ini dirilis di Netflix dan disutradarai oleh Hwang Dong-hyuk dengan pemeran utamanya adalah Lee Jung-jae. Film ini menceritakan bagaimana orang yang mengalami kesulitan ekonomi dan diberi kesempatan untuk melunasi dan memiliki kehidupan yang lebih baik namun harus mempertaruhkan nyawanya demi mendapatkan hadiah sebesar 45,6 Miliar Won.
Saking tingginya antusiasme penonton, Netflix membuat reality show bernama Squid Game: The Challenge dengan mengambil konsep Squid Game. Tentunya, Squid Game: The Challenge ini tidak akan melibatkan resiko nyawa saat berkompetisi.
Selain cerita yang menarik, kualitas produksi film Korea Selatan perlu diperhitungkan. Sinematografi yang memukau, kualitas akting yang berkesan, serta soundtrack yang mendukung suasana film dapat menciptakan pengalaman tersendiri bagi penonton.
Sutradara terkenal seperti Bong Joon-ho, Park Chan-wook, dan Kim Jae-woon mengukir prestasi dengan menggabungkan teknik bercerita dan visual yang menarik perhatian global. Tidak hanya kru film, namun aktor dan aktris yang berbakat, seperti Song Kang-ho, Lee Byung-hun, Jeon Do-Yeon, dan lain-lain mendapatkan pujian internasional berkat kualitas akting yang sangat baik.
Berbicara mengenai aktor dan aktris Korea Selatan, terdapat istilah dalam menyebut aktor atau aktris kelas A Korea selatan, yaitu Chungmuro. Istilah 'Chungmuro' diambil dari nama jalan di Seoul, Korea Selatan, yang dikenal sebagai jalan kebudayaan, seni, dan industri film Korea. Gelar ini bukan merupakan gelar resmi, namun hanya diberikan untuk menghargai prestasi dan karya-karya mereka. Biasanya aktor yang diberikan gelar Chungmuro hanya melakoni film dibandingkan serial. Aktor dan aktris yang bergelar Chungmuro adalah Ma Dong-Seok, Son Ye-Jin, Bae Doona, Jun Ji-Hyun, dan lain-lain.
Aktor dan aktris yang bergelar Chungmuro juga lebih dihargai dibandingkan bintang Hallyu Korea, seperti Kim Soo-Hyun, Lee Min-Ho, dan Song Joong-Ki. Sedangkan, terdapat istilah Chungmuro Blue Chip yang mana disematkan pada aktor dan aktris muda dengan kemampuan akting memukau yang akan melanjutkan prestasi aktor Chungmuro. Di antaranya, Lee Do-Hyun, Kim Go-Eun, Kim Tae-Ri, dan lain-lain.
Dalam semua industri, tentu saja terdapat tantangan yang dimiliki, tak terkecuali industri film Korea Selatan. Banyak film yang diproduksi setiap tahun namun kurang mendapat perhatian akibat dominasi Hollywood dalam pasar lokal. Bukan hanya Hollywood, film-film bergenre anti mainstream juga terabaikan.
Dampak film yang menjadi sorotan dapat berdampak pada kreativitas para produsen film. Demi mengejar popularitas, genre yang sama seperti film terkenal diproduksi secara berulang, terutama dalam genre romantis dan thriller.
Bahkan munculnya istilah Chungmuro juga menyebabkan senioritas di kalangan aktor dan aktris. Wajah baru di industri perfilman sering diabaikan, walaupun kinerja mereka juga memuaskan. Oleh karena itu, pendatang baru juga kesulitan untuk mendapatkan kesempatan berkarya lebih jauh lagi.
Demi memastikan keberlanjutan dan keberagaman, para pembuat film harus terus mengeksplorasi dan mendukung bakat-bakat baru dan mengatasi tantangan yang ada. Masa depan industri film Korea Selatan harus lebih cerah dengan melanjutkan pencapaian dan memberikan dampak yang lebih besar di mata dunia.Â