Mohon tunggu...
Solehatun Marfuah
Solehatun Marfuah Mohon Tunggu... Novelis - I do not know in most of the times.

I only put something here because of the obligations.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Terbaru dari Ayah Pidi Baiq: "Helen dan Sukanta"

27 Februari 2020   13:30 Diperbarui: 27 Februari 2020   13:31 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Review Helen dan Sukanta

*        Identitas Novel

Judul               :HELEN DAN SUKANTA

Penulis             :Pidi Baiq

Penerbit           :The Panasdalam Publishing

Tahun              :2019

Nomor ISBN  :978-623-92083-0-1

Tebal               :362 halaman

*        Sinopsis

Di restoran Indonesia Lachende Javaan, Harleem, Belanda,tahun 2000, Nyonya Helen bercerita kepada saya tentang masa lalunya selama diatinggal di Hindia Belanda, yang kini bernama Indonesia.

"Saya lahir dan tumbuh di Ciwidey. Masa remaja saya,saya habiskan di Bandung, sampai kemudian Jepang datang pada tahun 1942 danmengubah semuanya."

Nyonya Helen kemudian menceritakan juga kisah asmarayang dia jalin bersama Sukanta, seorang pribumi. "Firasat saya benar, sayamenyukai Sukanta. Itulah yang saya rasakan."

Harus ada yang mengerti bagaimana Nyonya Helenmerasakan semua kenangannya. Tidak ada yang tahu sudah berapa banyak rasa rindumenguasai dirinya sejak dia mengucapkan selamat tinggal kepada Indonesia.

*        Review

Helen dan Sukanta oleh Pidi Baiq adalah novel terbaruyang dirilis oleh Ayah (begitu sapaan akrabnya) melalui rumah produksi  The Panasdalam Publishing. Sebelumnya, AyahPidi sukses menulis 3 novel Dilan dengan cap bestseller. Dalam rangka promosi novel Helen dan Sukanta, ThePanasdalam Publishing mengadakan lomba reviewnovel Helen dan Sukanta yang terbuka bagi seluruh siswa/siswi SMA. Hal inikemudian menarik minat saya, yang merupakan masih siswi SMA, untuk ikut dalamkompetisi ini.

Pada mulanya, ketika saya melakukan pre-order paket Helen dan Sukanta, sayatidak benar-benar berpikir bahwa akan mendapatkan sebuah tomat di dalam pakettersebut. Alangkah kocaknya saat saya menerima paket dengan disertai tomat didalamnya. Saya ketawa sendiri ketika tomat itu berkata bahwa dia adalah imigrandari Bandung yang diseludupkan oleh Petani Jual Mahal dan dikirim untuk membuatsaya senang.

Kemudian, saya beralih pada postcard yang juga merupakan bagian dari paket tersebut. Postcard tersebut berbentuk dua dimensi,dengan foto yang menyerupai bagian cover novelnya.Mudah-mudahan postcard tersebut bisasaya pergunakan nantinya. Untuk saat ini, saya bisa simpan sebagai salah satukenangan berarti dari The Panasdalam Publishing. Apabila kalian juga tertarik untuk mendapatkan novel Helen dan Sukanta, kalian bisa cek langsung di website resmi https://thepanasdalampublishing.com/.

Di dalam novel itu sendiri, Helen digambarkan sebagai perempuanmudah keturunan Eropa yang tumbuh menjalani kehidupan masa kecilnya di BumiPriangan bernama Ciwidey, di negeri jajahan bernama Hindia Belanda. SementaraUkan disebut sebagai seorang inlanderyang memiliki kerabat seorang pembantu dan bekerja di tempat tinggal Helen.Ukan juga ditetapkan sebagai tokoh yang dimaui oleh Helen oleh sebab budipekertinya yang luhur, kesedarhanaan dalam dirinya serta wajah manis anugerahTuhan.

Novel Helen dan Sukanta berkisah seputar hubunganasmara dan pertemanan mereka dalam balutan era kolonialisme Belanda di HindiaBelanda sekitar 1930-an. Pertemuan keduanya dimulai setelah Helen berkenalandengan Ukan di pelataran rumahnya. Secara singkat, akhirnya Helen dan Ukanterikat dalam suatu hubungan yang membuat keduanya selalu mau bersama-samadalam cuaca dingin di Ciwidey pada 1930 silam. Tapi kemudian, munculmasalah-masalah dari dalam keluarga Helen. Dalam cerita itu, bisa dinilai bahwaorang yang dapat dikategorikan dalam karakter antagonis adalah mereka yangmencegah pasangan ini bersama-sama. 

Kisah asmara mereka kemudian berkembang bersama penolakanyang berasal dari keluarga Helen. Tidak berakhir di situ, titik puncak daripenolakan tersebut terjadi ketika Ukan dikabarkan menghilang akibat bentuk daripenculikan dan membuat Helen putus asa akan cintanya yang telah jauh adanyaitu.

Sejujurnya, saya merasa tidak adil dengan keseluruhandari isi cerita tersebut. Bagi saya, secara umum cerita hanya berotasi pada isikepala Helen, dan perkembangan yang terjadi berpusat hanya untuknya. Sementaraitu, meskipun setelah tragedi penculikan dapat dikatakan bahwa Ukan telahmemberi penjelasan melalui cerita antar-dialog dengan Helen, akan tetapi, sayasebagai pembaca belum puas dengan penggambaran kisah yang terjadi pada Ukan. 

Selain itu, kekurangan terbesar yang saya rasakanselama proses membaca terdapat pada bagian tengah cerita yang terkesanbertele-tele dalam menceritakan hubungan baru yang dijalin Helen dengan priaBelanda bernama Hans. Hal ini menyebabkan kurang menariknya jalan ceritahubungan Helen dan Hans tersebut sebab, pada bab-bab sebelumnya sudah banyakmengisahkan bagaimana sejak Helen kecil, ia telah menjadi primadona di kalanganlaki-laki Belanda. Cerita ini dikisahkan di awal novel serangkum mungkin dandengan pembawaan situasi yang tepat sehingga dapat dengan mudah saya tangkapalur ceritanya. 

Kesimpulannya adalah pada pertengahan cerita sayadibuat bosan dengan tulisan yang membahas hubungan Helen dan Hans secarabertele-tele. Seharusnya bagian tersebut dapat dengan mudah dikerjakan olehAyah Pidi, mengingat gaya tulisannya sudah cukup familiar bagi beberapapembacanya termasuk saya. Jadi, alangkah bermanfaatnya apabila ceritanyadisusun dengan lebih ringkas.

Kendati demikian, di dalam novel Helen dan Sukanta,saya menemukan banyak kalimat-kalimat cemerlang yang dapat menjadi kutipan motivasidalam banyak hal. Beberepa kalimat yang terdapat dalam novel ini melekat dihati saya sejak pertama kali saya membacanya. Beberapa kalimat tersebut akansaya kutip di bawah ini sebagai bentuk apresiasi atas ide serta keberanian yangmenyertai ucapannya.

"Kau misterius. Aku ingin tahu lebih banyak tentang dirimu," katanyadengan sedikit ketawa.

            "Kenapa?" aku bertanya. 

 "Aku ingin tahu, mengapa akutiba-tiba memiliki perasaan suka dan senang berbicara denganmu," katanyaberupaya untuk berbicara sambil menunduk, kemudian menatapku dengan senyumanyang mencerminkan kebrengsekan.

 "Aku berdoa agar kau dibebaskandari perasaan itu," kataku dengan nada yang aku bikin serius.

Helen dan Sukanta, halaman 129.

Pada saat saya membaca ucapan Helen yang ia maksuddengan serius tersebut, sungguh suatu hal yang berani. Di dalam kalimat sopantersebut, terselubung kekuatan besar yang seharusnya dapat menghentikanlaki-laki manapun dalam upayanya bersikap tidak menyenangkan bagi lawanbicaranya. Hal itu adalah kalimat favorit saya selama yang pernah saya ingat. 

Sebagai seorang perempuan, saya selalu memilikikekurangan kosakata dalam menanggapi situasi yang serupa. Boleh saya katakan,Helen ini bagi saya adalah sosok feminisme yang menginginkan apa yang terbaik baginya.Dan hal itu hanya bisa diraih dengan menjadi dirinya sendiri tanpa campurtangan laki-laki yang merasa memiliki kontrol atas hidup mati seorang perempuan.Saya dapat mengerti dengan tindakan yang dilakukan oleh Helen menjadi hal yangmemotivasi saya secara tidak langsung.

Kemudian yang sepertinya harus dijadikan apresiasiadalah cara penuturan Ayah Pidi ketika menjelaskan situasi Ciwidey kala itu.Pemilihan tiap kata seperti bukan permainan baru bagi Ayah Pidi. Sebab, AyahPidi sukses membuat saya yang belum lahir pada 1991, tetapi saya mampubernostalgia melalui kebahagiaan menjadi warga Bandung pada masa itu lewatnovel Dilan. 

Pada intinya, Ayah Pidi juga kali ini berhasilmemenangkan penuturan situasi Ciwidey pada jaman kolonialisme. Lembah-lembah,sungai, gereja, kebun teh, rumah seorang pengusaha Belanda pemilik perusahaanteh ia gambarkan dengan penyampaian khas Melayunya itu. Yang telah membuat sayasekarang mampu bernostalgia mengenai hidup di tahun tersebut tanpa pernahbenar-benar mengalaminya langsung. 

Berdasarkan apa yang Ayah tulis di novel pada bagian epilog, Helen sudah wafat pada 12 Juni2012 dan sudah dimakamkan di "tempat yangsunyi, tanpa pohon teh, melainkan hanya pohon willow, yang banyak tumbuh ditepian Sungai Amstel."  Saya benar-benar berduka cita mendengarnya. Sebab, itupasti menyedihkan untuk Ayah yang sedang berusaha merampungkan novel Helen danSukanta. Saya berbela sungkawa untuk Helen, sekalipun saya tidak pernah bertemudengannya, berkat Ayah dan tulisannya, saya menjadi tahu bahwa di bumi inipernah ada Helen Maria Eleonora.

Setelah menyelesaikan novel Helen dan Sukanta, sayakemungkinan besar berencana untuk mengetahui lebih banyak apa yang terjadidengan kehidupan Ukan di babak selanjutnya. Besar harapan saya, dengandiangkatnya cerita ini ke layar lebar, saya dapat menemukan kisah Ukan versidetailnya.

*        Rate

7/10

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun