Penulis :Â
1. Raniah syifa 200910302119
2. Mita Indriani 200910302101
3. Nadilla Ragil Saputri 200910302069
4. Muhammad Nadhif Fikri 2009100302120
Budidaya ikan merupakan salah satu bentuk usaha dalam memelihara ikan yang sebelumnya hidup di alam bebas menjadi ikan perairan, dalam arti ikan tersebut telah dikembangkan oleh campur tangan manusia yang telah dibuatkan tempat khusus untuk ikan tersebut berkembangbiak. Salah satu seseorang yang membudidayakan ikan adalah pak Asmat (51). Pak Asmat membudidayakan hias dan ikan konsumsi di samping rumahnya. Beliau tinggal di Kelurahan Gebang Kecamatan Patrang Kabupaten Jember Jawa Timur, tepatnya di Jl. Kaca Piring Gang II nomor 35. Beliau merupakan anak ke 6 dari 7 bersaudara, tetapi hanya pak Asmad yang menekuni bidang usaha ini. Usaha ini dirintis pak Asmat sejak tahun 1986 hingga sekarang. Usaha ini merupakan warisan dari orang tua, karena ke-7 saudaranya tidak ada yang berkenan untuk mengembangkan usaha ini sehingga pak Asmad yang meneruskan. Selain karena tempat, lahan dan usahanya sudah ada, alasan lain pak Asmad dapat menekuni usaha ini adalah karena pak Asmat memiliki hobi dibidang ini. Meskipun bernama "Asmat Koi", namun tidak hanya jenis ikan koi yang di budidaya kan ada beberapa jenis ikan lain yakni ikan nila, gurame, lele, dan koi. Varietas unggulan dari Asmat Koi ini adalah ikan koi dan nila yang sudah diperjual belikan hingga ke pulau Bali. Pak Asmat juga bekerja sama dengan Universitas Jember, kolam-kolam ikan yang ada di Fakultas Ilmu Politik dan Fakultas Ekonomi berisi ikan koi dari beliau.
Proses pemasaran yang dikelola Pak Asmat selain menjual langsung dari rumah juga menggunakan media sosial. Pada jenis ikan nila, dijual eceran dengan jumlah sesuai permintaan pelanggan yang biasanya datang langsung ke rumh Pak Asmat kemudian diambilkan langsung dari kolam sehingga ikan yang diterima pelanggan masih sangat segar. Jenis ikan koi dijual secara online baik dari bibit maupun yang sudah besar. Ikan koi dijual berdasarkan corak warnanya, semakin bagus corak maka semakin mahal harganya begitu juga sebaliknya jika ikan koi polos maka harganya pun akan murah. Omset yang diperolah Pak Asmat dari ikan koi berkisar 25-27 juta per minggunya dengan modal awal 20 juta, sedangan untuk penghasilan ikan nila tidak ada angka pasti dikarenakan penjualannya tergantung pada banyaknya permintaan pelanggan. Untuk modal  ikan koi pak asmat sendiri  berkisar 23.000- 25.000 ribu per kilonya jadi untuk harga ikan koi per kilonya sekitar 33.000-35.000, jadi untuk laba kotor perkilonya pak asmat bisa mendapatkan 9.000-11.000 perkilonya  sedangkan untuk laba bersihnya sekitar 5.000-7.000 perkilonya.Dalam wawancara yang kami lakukan, Pak Asmat juga menjelaskan tentang beberapa hal yang perlu disiapkan untuk memulai usaha budidaya ikan. "Hal utama yang harus disiapkan adalah lahan, kalau lahan atau tempatnya sudah ada kemudian baru menyiapkan indukan ikan, kalau sudah ada induk baru bisa buat pembibitan lalu dibesarkan. Apabila lahannya cukup luas, maka sebagian bisa digunakan untuk pembibitan sebagian untuk pembesaran. Jadi bisa untuk konsumsi juga untuk bibit. Selain lahan dan indukan ikan, air yang digunakan harus memenuhi syarat. kalau air saya punya sumber sendiri tapi tidak untuk diperdagangkan. Memang dari orang tua tidak boleh." tutur Pak Asmat.
Pak Asmat menjelaskan proses awal budidaya hingga ikan siap dijual "Awalnya kalau ikan nila untuk pembibitan itu dari induk kawin secara alami. Tidak seperti ikan koi atau ikan mas. Ikan Nila secara alami kalau punya telur disimpan dalam mulutnya sampai menetas, setelah cukup umurnya kemudian dilepas dari mulut induknya. Walaupun benih ikan yang dikeluarkan bisa makan sendiri tapi masih dijaga oleh induknya. Setelah umur 1 minggu saya ambil bibitnya. Biasanya nila kalau menetas bareng 5 induk atau lebih, mencapai 5-7 ribu ekor bibit. Kemudian dipisah dari indukannya, setelah 1 bulan dipilah per milimeter. Lalu dipisah di beberapa kolam sesuai ukuran, agar mempermudah proses pemberian pakan. Setelah 2 bulan dipindah lagi ke kolam pembesaran sampai 3 bulan siap konsumsi kalau nila seperti itu". Selain ikan nila Pak Asmat juga menjelaskan bagaimana proses pembudidayaan ikan koi "Kalau koi dari kecil sampai 1 bulan dipilih sesuai corak, kalau polos bukan ikan koi tapi bisa disebut ikan mas. Meskipun induk bercorak tapi anakan bisa berbeda bahkan bisa 60% polos. Sistem jualnya sesuai konsumen mau yang kecil atau besar. Biasanya saya pilih dulu grade A nya saya ambil lalu saya sembunyikan karena nilainya lebih tinggi. Ikan Koi sekali menetas bisa mencapai 100 ribu itu sangat memakan tempat sehingga yang polos langsung saya jual. Jadi seperti itu sistem jualnya dari nila sama koi. Kalau koi bisa panjang kalau nila hanya setelah dipindah di kolam pembesaran membutuhkan waktu hanya 3 bulan saja" tambah Pak Asmat.
Keunggulan budidaya ikan Pak Asmat dibanding milik orang lain karena proses pembibitan ikan hingga siap jual dan siap konsumsi dikelola sendiri. Kualitas ikan yang dibudidaya pak Asmat lebih bagus dan ikan nila yang dihasilkan juga berukuran lebih besar. Hal tersebut karena usaha ini sudah dirintis sejak lama dengan pengalaman dan ilmu yang dimiliki Pak Asmat yang sudah ahli dibidang ini. Namun, tentunya ada kendala yang tidak jarang dihadapi oleh Pak Asmat yakni kandungan pakan ikan terkadang tidak sesuai dengan komposisinya meskipun sudah memilih kode untuk jenis pakan yang paling bagus. Hal ini dapat diketahui dengan melihat pertumbuhan ikan yang dirasa lambat dan kurang maksimal. Selain itu, kendala lain yang dihadapi Pak Asmat adalah penyakit yang sering dibawa oleh ikan koi baru, bibit ikan koi yang terkadang di datangkan dari luar terkadang membawa penyakit yang dapat menular kesemua ikan meskipun jenis nya berbeda termasuk ikan nila. Menurut Pak Asmat, ikan yang dicampur dikolam beton apabila sakit penanganannya lebih sulit. Sehingga untuk menangani kendala tersebut Pak Asmat menyiasatinya dengan mengkarantina ikan baru di akuarium yang di beri garam dan aeratr, setelah 2 hingga 3 hari barulah ikan dapat dipindahkan ke kolam. Kemudian untuk mengatasi kendala terkait pakan yang menghambat pertumbuhan ikan, Pak Asmat mengatasinya dengan mencampur tepung ikan pada pakan. Meskipun harganya tepung ikan mahal, Pak Asmat rela merogoh kocek agar kualitas ikan yang di budidayanya tidak menurun dan tidak mengecewakan pelanggan.
Usaha budidaya yang dikembangkan Pak Asmat sejak sekita 30 tahun silam memang bukan waktu yang sebentar, disamping itu juga banyak kendala serta masalah yang dihadapi. Kegigihan Pak Asmat dalam berwirausaha dapat dijadikan sebagai contoh untuk semua kalangan bahwa jika ingin berhasil dalam berwirausaha hendaknya tetap konsisten disertai usaha dalam tujuan yang ingin dicapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H