Mohon tunggu...
Inggrid Widia
Inggrid Widia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana

Seorang mahasiswa yang tertarik dengan isu-isu lingkungan dan mikrobiologi

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pencemaran Ancam Ekosistem Perairan Rawa Jombor

11 Juni 2023   16:08 Diperbarui: 11 Juni 2023   16:10 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Lestari. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Waduk merupakan tampungan air sediaan yang digunakan untuk berbagai kebutuhan dan dapat terbentuk secara alami maupun buatan. Salah satu waduk yang terletak pada Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah adalah Waduk Rawa Jombor. Waduk Rawa Jombor terletak di Dukuh Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat yang memiliki luas 198 hektar dengan kedalaman mencapai 6 meter dan mampu menampung air 4 juta kubik. Waduk Rawa Jombor memiliki fungsi sebagai tempat penampungan air hujan dan sarana perairan atau irigasi sawah. Namun saat ini Waduk Rawa Jombor dikenal sebagai objek wisata perairan dengan beragamnya aktivitas yang dapat dilakukan, seperti penyewaan speed boat, penyewaan perahu wisata, tempat pemancingan ikan, dan restoran terapung. 

Rawa Jombor memiliki tiga daerah aliran sungai (DAS) sebagai saluran masuknya air ke rawa, yaitu DAS Kali Danguran Bajing, DAS Kali Gebyok, dan DAS Kali Jayan. Ketiga DAS tersebut melewati pemukiman dan lahan pertanian yang dapat menyebabkan pencemaran air pada Rawa Jombor. Limbah yang dihasilkan dari aktivitas penduduk dan aktivitas pertanian dapat menjadi sumber pencemaran akibat adanya proses dekomposisi limbah tersebut yang kemudian akan meningkatkan konsentrasi unsur fosfat dan nitrat. 

Selain limbah yang berasal dari saluran masuknya air ke Rawa Jombor, adanya restoran terapung dan keramba jaring apung juga dapat memperburuk ekosistem perairan Rawa Jombor. Limbah sisa bahan makanan dan penggunaan deterjen dapat menyumbang nutrisi yang tinggi ke perairan. Saat ini pemerintah telah memindahkan restoran terapung ke daratan dalam rangka revitalisasi Rawa Jombor. Namun perlu diperhatikan kembali mengenai buangan limbah restoran, apakah limbah tersebut tetap dialirkan ke saluran masuknya air ke Rawa Jombor? 

Adanya kegiatan budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung di perairan Rawa Jombor akan menghasilkan limbah yang berasal dari sisa pakan dan sisa metabolisme ikan berupa urin serta feses. Limbah tersebut akan terurai melalui proses dekomposisi membentuk senyawa nutrien sehingga meningkatkan konsentrasi senyawa tersebut di perairan.

Tingginya kandungan nutrien di perairan dapat memicu terjadinya eutrofikasi sehingga mengakibatkan pertumbuhan alga dan tanaman eceng gondok secara pesat pada area rawa. Pertumbuhan yang tidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan akibat sedimentasi di dasar rawa yang akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya luas perairan Rawa Jombor. Selain itu, eutrofikasi juga berdampak pada penurunan kadar oksigen terlarut akibat pemanfaatan oksigen yang berlebihan untuk mendekomposisi (mengurai) bahan organik.

Pemanfaatan Waduk Rawa Jombor sebagai tempat wisata juga dapat memberikan dampak pada lingkungan akibat dari adanya aktivitas pembuangan sampah plastik di sekitar perairan, restoran terapung, dan aktivitas wisata. Selain dapat mengganggu estetika rawa Jombor, plastik juga dapat menjadi masalah serius bagi lingkungan perairan dimana dengan seiring berjalannya waktu akan terjadi perubahan sampah plastik akibat proses degradasi menjadi partikel mikroplastik. Pencemaran mikroplastik di perairan Rawa Jombor dapat terakumulasi dalam biota akuatik yang mengakibatkan terjadinya kontaminasi mikroplastik dalam rantai makanan, dimana akumulasi mikroplastik mengalami peningkatan dari satu trofik ke tingkat trofik yang lebih tinggi. 

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2022, menunjukkan bahwa perairan Rawa Jombor telah terkontaminasi mikroplastik pada tingkat sedang dan telah terakumulasi pada biota akuatik di perairan Rawa Jombor yang dikumpulkan dari nelayan sekitar. Adapun ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan lele kampung (Clarias batrachus), ikan betutu (Oxyeleotris marmorata), dan ikan nila (Oreochromis niloticus) dimana ketiga ikan tersebut merupakan ikan konsumsi. Konsumsi ikan yang telah tercemar oleh mikroplastik dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia, seperti anemia, hipertensi, gangguan sistem saraf, kerusakan otak, stres oksidatif, dan kerusakan sel. Analisis risiko kesehatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa cemaran mikroplastik pada ikan masih aman untuk dikonsumsi, namun perlu dilakukan pemantauan lebih lanjut dan upaya mitigasi untuk mengurangi cemaran mikroplastik yang ada di Rawa Jombor. 

Terkait dengan permasalah yang terjadi di Rawa Jombor, pemerintah Kabupaten Klaten telah melakukan tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Salah satu upaya pemerintah yang telah dilakukan adalah program revitalisasi Rawa Jombor dengan pemindahan restoran terapung ke Plaza Kuliner yang didirikan sebagai tempat baru bagi mantan pemilik warung apung. Pemindahan ini dilakukan karena Pemerintah Kabupaten Klaten menilai bahwa keberadaan warung apung dapat memperburuk ekosistem perairan Rawa Jombor. Selain itu pemerintah juga melakukan pembersihan eceng gondok yang tumbuh di perairan dan pengerukan sedimentasi akibat pendangkalan Rawa Jombor. Penertiban keramba di perairan Rawa Jombor juga dilakukan dengan memberikan peraturan mengenai persyaratan keramba yang diizinkan untuk dibangun.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan terjadinya proses eutrofikasi di perairan Rawa Jombor adalah dengan melakukan pembatasan masuknya nutrien ke Rawa Jombor agar tidak melampaui daya tampung dan daya dukung perairan. Sedangkan dalam menangani cemaran mikroplastik di perairan selain dengan pelarangan aktivitas pembuangan sampah plastik, upaya alternatif yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas lingkungan perairan Rawa Jombor adalah dengan metode bioremediasi yaitu metode pemanfaatan proses biologis untuk meremediasi lingkungan yang tercemar. Dengan memanfaatkan potensi mikroba atau bakteri indigenous yang ditumbuhkan dalam lingkungan media yang terpapar mikroplastik, dapat meningkatkan efisiensi degradasi mikroplastik. Adapun spesies bakteri yang mampu mendegradasi mikroplastik, yaitu Bacillus megaterium, Pseudomonas sp., Azotobacter, Ralstonia eutropha, dan Halomonas sp. Upaya ini dapat digunakan sebagai rekomendasi program perbaikan kualitas lingkungan yang tercemar dengan menyertakan hasil monitoring yang telah dilakukan. Data dan hasil monitoring kualitas perairan digunakan untuk membuat keputusan terhadap penggunaan air Rawa Jombor sebagai saluran irigasi dan pembuatan kebijakan mengenai pelarangan pembuangan limbah domestik serta plastik di Rawa Jombor. Selain itu melalui hasil monitoring ini diharapkan program yang sudah ada maupun belum ada dapat diperbaiki.

Penulis: Inggrid Widia Pramono 

Mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana, Fakultas Bioteknologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun