Mohon tunggu...
Inggrid Widia
Inggrid Widia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana

Seorang mahasiswa yang tertarik dengan isu-isu lingkungan dan mikrobiologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Keindahan Terumbu Karang Karimunjawa Terancam oleh Aktivitas Pariwisata

8 Juni 2023   16:28 Diperbarui: 8 Juni 2023   16:36 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pulau Karimunjawa merupakan salah satu objek tujuan wisata yang terletak di perairan Laut Jawa dengan jarak 77,2 km dari Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Potensi wisata taman laut dan keindahan pulau yang terdapat pada Pulau Karimunjawa menjadikannya sebagai salah satu wisata bahari di Indonesia dengan potensi wisata bahari seluas 110.000 hektar dan potensi daratan seluas 1.500 hektar. Selain keindahan pulau yang menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara, Karimun Jawa merupakan rumah bagi bagi terumbu karang, hutan bakau, hutan pantai, serta hampir 400 spesies fauna laut. Dengan keindahan terumbu karang dan keanekaragaman fauna lautnya, menjadikan snorkeling sebagai kegiatan yang digemari wisatawan untuk melihat keindahan isi laut Karimun Jawa. Keindahan dan kekayaan alam laut yang beraneka ragam, maka oleh Pemerintah Jepara menetapkan Pulau Karimun Jawa sebagai sebagai Taman Nasional Laut yang dilindungi dan dilestarikan. 

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara mencatat bahwa kunjungan wisata bahari Taman Nasional Karimunjawa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2019 tercatat jumlah kunjungan untuk wisatawan nusantara sebanyak 2,755,020 jiwa sedangkan untuk wisatawan mancanegara sebanyak 32,723 jiwa. Adanya berbagai aktivitas manusia yang dilakukan dalam memanfaatkan sumber daya alam laut yang ada di Karimunjawa, seperti kegiatan konservasi, kegiatan penangkapan ikan, budidaya ikan kerapu, budidaya rumput laut, wisata laut (snorkeling), transportasi laut, dan pemanfaatan lahan (pulau), dapat menjadi potensi kerusakan terumbu karang yang selanjutnya akan mengancam keberlangsungan pariwisata bahari Taman Nasional Karimunjawa. Aktivitas masyarakat tersebut dapat menyumbang fosfat, nitrat, dan mikroplastik ke lingkungan perairan. 

Kegiatan manusia yang tinggi dapat menurunkan kualitas perairan akibat masuknya limbah ke perairan Karimunjawa. Limbah yang berasal dari kawasan penduduk, pertanian, peternakan, perikanan dan industri dapat menjadi sumber pencemaran akibat kandungan zat nutrien fosfat dan nitrat. Lepasnya nutrien fosfat dan nitrat ke lingkungan perairan dengan jumlah yang berlebihan dapat memicu terjadinya eutrofikasi. Proses eutrofikasi merupakan meningkatnya kesuburan air yang berlebihan, dimana hal ini disebabkan oleh masuknya nutrien dalam badan air dalam jumlah berlebihan sehingga mengakibatkan pertumbuhan alga secara pesat yang kemudian diikuti dengan menurunnya kadar oksigen terlarut akibat pemanfaatan oksigen yang berlebihan untuk mendekomposisi (mengurai) bahan organik. 

Pada tahun 2014, perairan pantai Desa Karimunjawa padat penduduk memiliki kandungan nitrat berkisar 0,04 -- 1,33 mg/l dan kandungan fosfat berkisar 0,12 -- 2,19 mg/l dimana nilai ini telah melampaui baku mutu yang telah ditetapkan. Kadar fosfat dan nitrat yang tinggi ini dapat menyebabkan karang (polip) melepaskan zooxanthellae ke perairan yaitu alga uniseluler mikroskopik yang tinggal dalam sel polip karang. Karang memperoleh nutrisi melalui feeding active dan feeding passive. Proses feeding active dilakukan dengan menangkap mangsa berupa plankton menggunakan tentakel, sedangkan feeding active dilakukan dengan transfer hasil fotosintesis berupa nutrisi dan energi dari zooxanthellae. Lepasnya zooxanthellae dari karang dapat meningkatkan kerentanan karang terhadap pemutihan atau bleaching coral akibat panas dan cahaya, kemudian lambat laun karang akan mengalami kematian.

Peningkatan kadar nutrisi di perairan Pulau Karimunjawa, seperti nitrat dan fosfat, dapat menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme patogen secara signifikan. Mikroorganisme patogen yaitu Cyanobacteria, Alphaproteobacteria dan Vibrio sp. dapat meningkatkan kerentanan karang terhadap penyakit karang karena terganggunya sistem kekebalan karang. 

Selain menyumbang nutrisi yang tinggi ke perairan, aktivitas manusia yang tinggi berpotensi menyumbang sampah plastik ke dalam lingkungan perairan. Rendahnya kesadaran masyarakat sekitar dan wisatawan dalam pengelolaan sampah mengakibatkan terjadinya penumpukan sampah plastik di sepanjang garis pantai Karimunjawa bahkan hingga ke laut lepas. Plastik yang berukuran besar berpotensi dalam menjerat biota laut sehingga dapat mengakibatkan luka, kesulitan dalam bergerak, bahkan kematian. Namun, plastik yang berukuran besar inilah yang mampu menjadikan timbulnya masalah serius bagi biota laut, dimana dengan seiring berjalannya waktu akan terjadi perubahan sampah plastik akibat proses degradasi. Hasil dari proses degradasi sampah plastik ini akan mengakibatkan perubahan bentuk, ukuran, maupun warna plastik yang akan menjadi partikel mikroplastik.

Kehadiran mikroplastik pada ekosistem terumbu karang di perairan Karimunjawa dapat menimbulkan adanya ancaman tidak langsung terhadap kesehatan terumbu karang. Adanya mikroplastik yang mengapung di perairan Karimunjawa dapat berpotensi untuk dikonsumsi oleh karang karena ukuran dan bentuknya yang serupa dengan sumber makanan karang yaitu plankton. Dengan menelan mikroplastik yang dianggap sebagai sumber nutrisinya, karang akan merasakan perasaan "kenyang" yang salah dan selanjutnya akan terjadi pengurangan asupan makanan yang sebenarnya. Hal inilah yang akan menyebabkan rendahnya pertumbuhan karang. Selain itu dengan menelan mikroplastik, rongga usus karang akan mengalami penyumbatan dan kerusakan internal yang akan mengakibatkan penurunan kelangsungan hidup karang. Perlu diketahui pula bahwa mikroplastik dapat mengandung bahan kimia beracun dalam jumlah besar yang ditambahkan selama produksi plastik. Senyawa kimia beracun yang bocor dari mikroplastik yang tertelan oleh karang dapat menimbulkan resiko tambahan bagi pertumbuhan, reproduksi, dan kelangsungan hidup karang.

Dengan hadirnya masalah yang dapat berpotensi untuk menimbulkan kerusakan terumbu karang di Karimunjawa, diharapkan baik masyarakat sekitar, wisatawan, maupun pemerintah mampu memberikan kebijakan dan langkah untuk menjaga ekosistem terumbu karang serta wisata bahari di Pulau Karimunjawa. Dengan rusaknya ekosistem inilah yang selanjutnya akan mengancam keberlangsungan pariwisata bahari Taman Nasional Karimunjawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun