Dunia pendidikan Indonesia akhir-akhir ini digegerkan dengan berbagai permasalahan yang ada di sekolah salah satunya yakni bullying yang dilakukan oleh beberapa siswa kepada siswa yang lainnya. Menurut menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim ada tiga dosa dalam dunia pendidikan. Pertama, radikalisme yang diajarkan kepada anak-anak, kedua, kekerasan seksual, dan ketiga, kekerasan bullying.
Kekerasan tersebut tidak dapat ditolelir lagi sebab ketiga kekerasan diatas dapat menyebabkan dampak yang berbahaya terhadap anak dan terhadap para penerus bangsa. Kita mengingat kembali peristiwa yang terjadi di awal tahun 2020 yakni kekerasan bullying terhadap pelajar salah satu SMP di Malang. Dalam hal ini siapakah yang patut disalahkan? Apakah guru kurang dalam mendidik siswa? Apa ada penyebab lain yang membuat siswa berbuat kekerasan terhadap temannya sendiri?
Setiap siswa tidak hanya membutuhkan materi pembelajaran di sekolah menlainkan siswa harus diberi pendidikan karakter yang kuat. Siswa harus dibimbing agar dapat berperilaku baik terhadap guru, orang tua, dan juga teman. Tetapi masalah yang dilakukan oleh siswa tidak semua kesalahan guru dalam mendidik banyak siswa yang meremehkan guru sehingga mereka tidak mendengarkan guru dan tidak sedikit juga siswa yang melakukan kekerasan terhadap guru. Lalu bagaimana solusi yang dapat dilakukan? Apakah hanya guru yang harus membimbing siswa?
Dalam hal ini peran orang tua juga sangat penting. Orang tua harus menanamkan karakter yang baik terhadap anak agar anak memiliki perilaku yang baik terhadap siapapun. Tidak hanya itu orang tua dan guru harus mencontohkan perilaku yang baik dihadapan siswa. Jadi guru tidak hanya berbicara di depan dan memberi tahu kepada siswa tetapi guru juga harus memberi contoh yang baik kepada siswa.
Penguatan pendidikan karakter saja tidak cukup untuk siswa yang telah melakukan kejahatan mengingat bahwa kekerasan bullying adalah perilaku yang fatal dilakukan oleh anak-anak. Sehingga anak-anak perlu diberi pelajaran yang setimpal atas perbuatannya dan mereka tidak akan mengulangi lagi perbuatan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H