Mata pencaharian masyarakat Desa Pringsurat pada umumnya adalah petani dan karyawan PTPN IX sedangkan para pemuda biasanya lebih banyak yang bekerja di perantauan. Karena Desa Pringsurat ini berada di wilayah Pekalongan bagian selatan yang berbatasan langsung dengan hutan alami dan perkebunan karet milik PTPN IX, sehingga wilayah Desa Pringsurat bisa dikatakan wilayah dataran tinggi dan masih asri, karena letak geografis yang ada maka hal ini juga mempengaruhi mata pencaharian hidup masyarakat Desa Pringsurat.
Masyarakat Desa Pringsurat sebagian adalah seorang petani atau buruh tani, sawah-sawah ini biasanya mereka tanami padi. Selain itu para petani juga memelihara hewan ternak seperti sapi atau kambing. Namun, biasanya kotoran sapi atau  kambing ini dibiarkan menumpuk hingga lama dan jarang sekali para petani yang menggunakan kotoran sapi ini sebagai pupuk, jika ada yang menggunakannya mereka biasanya hanya membiarkannya hingga lama dan hancur baru digunakan sebagai pupuk.
Kotoran hewan ternak apabila digunakan secara langsung maka akan mengeluarkan amonia (gas tidak berwarna yang baunya menusuk) yang bisa mengurangi unsur nitrogen yang sangat dibutuhkan tanaman, sedangkan apabila sebelum digunakan kotoran sudah lama didiamkan akan mengeluarkan metana (gas tanpa warna dan tanpa bau yang dapat meledak jika dicampur dengan udara) yang dapat berbahaya bagi lingkungan dan memberikan efek rumah kaca.
Melihat masih banyaknya petani yang menggunakan pupuk kimia atau anorganik dan masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengolahan limbah kotoran hewan ternak yang sampai saat ini kotoran sapi hanya ditumpuk dan dibiarkan saja di samping kandang menjadi permasalahan yang saat ini dihadapi, padahal kotoran sapi merupakan salah satu bahan potensial untuk membuat pupuk organik. Hal ini mendorong beberapa pemuda Desa Pringsurat untuk membuat usaha pengolahan pupuk organik padat dari kotoran sapi.
Kurangnya tenaga menjadi salah satu penyebab terhambatnya proses pembuatan pupuk organik padat. Putera Tani Muda Bakti Desa Pringsurat hanya beranggotakan delapan orang akan tetapi hal tersebut tidak mengurangi semangat sedikitpun. Pengolahan limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik memerlukan waktu yang cukup lama, kurang lebih satu bulan dari awal proses pengomposan hingga menjadi pupuk hingga pengemasan.Â
Dari kotoran sapi yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk organik merupakan suatu keinginan dan kepedulian pemuda Desa Pringsurat untuk mengurangi limbah dan pencemaran lingkungan. Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan para petani dan peternak tentang pemanfaatan limbah kotoran sapi yang dapat dijadikan pupuk organik.