Mohon tunggu...
Inggih Pambudi
Inggih Pambudi Mohon Tunggu... -

Ibu satu anak, satu istri dari satu suami

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inilah Pilihan Hidup Saya

10 Oktober 2013   18:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:43 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo yang telah sukses di usianya yang masih 48 tahun tak pernah pelit berbagi tips sukses kepada orang lain. Beliau kerap memberikan kuliah umum di berbagai universitas yang ada di Indonesia. Menurut pria kelahiran Surabaya ini, ada enam hal penting yang ditanamkannya sejak dulu sehingga mampu tercatat sebagai salah satu orang terkaya versi majalah forbes.

Keenam hal tersebut yaitu; fokus pada kualitas, speed atau kecepatan, intropeksi diri, bergaul dengan lingkungan yang baik, bersabar untuk konsisten dan yang terakhir berserah pada Tuhan. Itulah enam kunci yang telah membawanya pada posisi saat ini.

Seperti pada kuliah - kuliah pada umumnya, setiap mahasiswa diberikan kesempatan untuk bertanya. Mahasiswa yang antusias mendengarkan kuliah umum tersebut sudah tentu ingin mengikuti jejak beliau dan melontarkan pertanyaan yang pastinya dapat mendukung langkah mereka menuju kesuksesan sebagai pengusaha.

Namun ada yang berbeda sekaligus menarik saat kuliah umum di Universitas PGRI Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (03/10/2013). Seorang mahasiswa yang menggunakan almamater dan berbicara bak orator bertanya lantang kepada HT.

"Saya ingin bertanya di luar materi yang bapak sampaikan hari ini. Latar belakang bapak adalah ekonomi dan sudah sukses kemudian terjun ke dunia politik dan mendeklarasikan diri sebagai Cawapres mendampingi Wiranto seperti yang kita ketahui sudah dua kali kalah dalam pemilu. Bapak juga pemain baru di dunia politik, apa yang membuat bapak memutuskan terjun ke dunia politik dan begitu yakin dengan hal itu?. Itu saja cukup dan terima kasih," tanya mahasiswa tersebut.

Moderator yang telah mencatat tiga pertanyaan dari mahasiswa yang berbeda - beda mempersihlahkan HT untuk menjawab.

"Kemudian untuk pertanyaan yang terakhir. Begini, terkadang saya duduk dan berpikir untuk apa saya terjun ke dunia politik yang membawa lebih banyak tidak enaknya dari pada enaknya. Maaf tidak bermaksud apa - apa, saya sudah memiliki perusahaan yang mapan, punya keluarga yang harmonis dan sekarang saya sudah punya cucu lagi. Harusnya saya menikmati masa - masa itu, namun kembali lagi ini persoalan pilihan hidup," jelas HT.

"Hati saya sangat prihatin dengan kondisi bangsa ini, sudah 68 tahun kita merdeka, sudah 15 tahun masa reformasi berlalu dan berharap demokrasi dapat membawa perubahan bagi Indonesia, tetapi nyata nya tidak," lanjut HT.

"Kalo Indonesia sudah memiliki pemimpin yang tepat dan mampu membawa perubahan Indonesia untuk maju, saya akan mundur dari politik. Namun jika tidak, saya akan terus maju meskipun harus berkorban banyak. Indonesia harus berubah, yang dapat melakukan perubahan itu hanya pusat (pemerintah) dan untuk menuju kesana dibutuhkan proses politik. Saya hanya ingin mengabdi pada bangsa ini, tanah air yang telah membesarkan saya. Inilah pilihan hidup saya," tutup HT yang langsung mendapat tepuk tangan sangat meriah, baik dari para mahasiswa, dosen, staf bahkan rektor Universitas PGRI Palangkaraya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun