Mohon tunggu...
Setia ErLila .R
Setia ErLila .R Mohon Tunggu... -

Lebih baik belajar dari hal kecil dibandingkan mendapatkan kesempurnaan semu tapi mematikan,, Aku yang terbiasa dalam kesendirian,mencoba berbaur dalam keramaian, membunuhku dalam kotak pandora yang kurunyam belasan tahun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Melodi Mendung dalam Kegelisahan

28 September 2013   10:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:17 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bosan,, kisah itu membawaku dalam dunia yang tak mampu aku terka. Aku sudah mengakhirinya, seperti cerita, sudah ada kata end dalam akhir kisahnya. Sekarang....ia lanjut dengan melodi yang baru, warnanya tak begitu apik, tapi ia merangsang dunia baru itu masuk. Hitam, putih, ia mengadukkan warna pink dan biru, hingga aku takjub akan usahanya.

Ia tak tampak ceria, tapi ia tersenyum saja. Jika dilihat dari satu sisi akan dijawab, "agh...betapa tak pantasnya ia berada disana, ia berbeda, ia begitu sombong, jadi kenapa harus dia?", satu sisi jawaban akan menyambut kata itu "indah", tuturmu mengingatkanku akan pilihanku hari ini. Ia sombong, tapi ia punya daya tarik,,, J J

Kamu tak sadarkah itu? magnetnya begitu besar, hingga ia tak hanya menarik perhatianku, tapi juga bola-bola kerdil yang tak mampu ku ungkapkan juga ikut memikirkan betapa menakjubkannya berada disana, ia begitu pantas, seiring hangatnya balutan hujan aku menghayalkan detak-detak nadi yang menari dengan hamparan lautan merah yang hangat. Kamu bukan kumbang atau bunga, tapi kamu bak satu kata beribu makna,,

Aku takut untuk tidak melirikmu, melodimu selalu mengguncang duniaku, tuts-tuts mungilmu begitu menghidupkan jiwa yang terlelap, kesumbangan yang membuatku berjalan tanpa not-not yang benar, aku berlari dalam alunan yang wajar, hingga kutemukan sebuah nada yang tepat dan kamupun memegangku dengan sebuah ikatan nada yang satu. Aghhhh...aku tak menyesal melirikmu diwaktu ini, kamu indah pikirku, tapi bibirku ungkap, kau kejam dalam senyuman termanisku dalam balutan tanda tanya, aku tak mampu untuk menghindari indahnya pandanganku padamu.

Oh.y...kamu yang begitu menarik perhatian, kamu yang membuatku menggigit bibirku tanpa bekas, tak ada darah tak ada iler, tapi hanya ada sesuatu yang terucap hatiku tanpa suara "jeleg" tapi aku ingin. Huuuuu...aku ingin bersorak, jangan lirik aku begitu dengan melodimu yang selalu menarikku, tak akan aku menghampirimu, magnetmu tak begitu besar, tapi kamu terlalu cerdas mengenaliku dengan gerakan kata yang kututurkan, maluku tak bersambut dengan angin yang membawanya lari, tapi disinari mendung siang yang ingin membuatku menatap langit hingga kamu lihat meronanya pipi ini mengintip dan mengikuti nada yang kamu mainkan.

Aku melantunkannya dengan kata-kata yang ambigu, aku memainkannya dengan peranku yang terbalik, tapi aku menghampirinya dengan berjuta kepastian yang kamu tahu, kamu akan mengambilnya dengan penuh hati-hati tanpa mampu untuk melepasnya kembali. Hingga kamu tekan tuts-tust dengan acak, mengajariku menyadari betapa caramu begitu, melodimu tak salah, pemahamanku yang tak begitu menarik, bukan karena aku tak begitu cerdas menerka nada yang kamu mainkan, tapi aku yang tak pernah peka akan jalannya nada yang ku dengar, hingga ia harus sumbang baru aku melengkapinya dengan nada yang berbeda, namun sejalur untuk mencapai titik akhir musik yang bertutur "ku kan menggalinya" kamu kan melihatnya menari dalam nada-nada yang kamu mulai, hingga kamu tahu ia tak pernah sumbang selama ini, namun ia hanya mencoba melengkapi dengan cara yang dimilikinya "hati", perasaan akan membuat melodi tu teratur dan penuh arti.

Dalam setiap harimu, yang kamu anggap indah itu adalah jawaban dari pertanyaanmu ketika kamu merasakan kesepian dan kekecewaan. Hidup itu indah, karena hidup itu gampang jika kamu percaya akan dirimu sendiri, percaya atau tidaknya hanya kamu yang bisa menjadikan dirimu bahagia kembali setelah keterpurukan yang mendekatimu ^^”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun