SAOHAGOLO : BUDAYA TERIMA KASIH ONO NIHA
Setiap kali menerima sesuatu dari orang lain, sudah barang tentu diucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih merupakan suatu bentuk rasa syukur setiap orang atas pemberian orang lain. Rasa syukur ini pada akhirnya menjadi umpan balik dari orang yang menerima.
Di daerah Ono Niha atau Pulau Nias, rasa syukur seseorang akan pemberian orang lain disampaikan dengan ucapan SAOHAGOLO. Ungkapan saohagolo secara umum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi TERIMA KASIH. Namun jika ditanya, apakah ungkapan saohagolo memang memiliki arti terima kasih? Hal ini bisa dijawab "ya" karena itulah terjemahan yang bisa diterima secara umum. Hal ini juga bisa dijawab "tidak" karena jika dilihat sumber katanya, pengertiannya jauh berbeda. Oleh karena itu dapat dipertanyakan, apa yang terkandung sebenarnya dalam kata saohagolo itu sendiri sehingga bisa disamakan menjadi terima kasih?
Secara cepat penulis dengan berani mengatakan bahwa ucapan saohagolo merupakan satu bentuk ungkapan budaya Ono Niha. Hal ini sama dengan ungkapan "MAULIATE" dari daerah Batak yang juga sering diartikan menjadi terima kasih. Jadi, ungkapan saohagolo menjadi ungkapan budaya Ono Niha karena ungkapan tersebut hanyalah berlaku untuk dan dimengerti oleh Ono Niha.
Ungkapan saohagolo jika dilihat dengan lebih cermat, itu terbentuk dari dua suku kata Nias. Kedua suku kata tersebut adalah "saoha" atau "aoha" (ringan) dan "golo" atau "olo" (hasil usaha; jasa karya; hasil kerja; penghasilan). Jika kedua pengertian suku kata ini digabungkan, maka secara cepat dapat ditarik pengertian saohagolo menjadi "keringanan dari seseorang akan hasil karya atau jasanya untuk dipergunakan oleh orang lain".
Dari pengertian kata saohagolo tersebut di atas, sebenarnya bisa disimpulkan bahwa kata saohagolo tersebut belum begitu pas jika diterjemahkan menjadi kata terima kasih. Kata terima kasih sendiri jika diartikan secara harafiah ke dalam bahasa Nias bisa menjadi: "terima" (tema) dan "kasih" (be'e). Dari pengertian suku kata tersebut, kata terima kasih diartikan menjadi: "setelah menerima, hendaknya juga memberi".
Dari kedua pengertian tersebut diatas tentu kita kembali bertanya: mengapa akhirnya kata saohagolo tersebut dapat diterima untuk diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi terima kasih? Untuk menjawab ini penulis memberanikan diri untuk lihat permulaan munculnya kata saohagolo ini seturut dengan pengalaman yang sering dialami.
Haruslah disadari bahwa sifat Ono Niha atau orang Nias adalah keras dan mudah tersinggung. Jika pemberiannya tidak disambut, maka itu bisa menjadi awal "dendam kesumat". Atau jika tidak tahu berterima kasih, ini menjadi awal dari kewaspadaan bahwa pemberian tersebut dicurigai. Dari sifat yang dimiliki ini, ungkapan saohagolo bisa dilihat menjadi satu bentuk kata tanya yang disampaikan kepada pemberi untuk memastikan pemberian tersebut. Hadia saohagolou wame'e da'e? (apakah anda memberi ini dengan ikhlas hati?) Hal ini tampak ketika penerima mengucapkan saohagolo, orang yang memberi kembali menyahut saohagolo.
Sekaitan dengan kecurigaan ini, Ono Niha memiliki falsafah: Mate Baladra boro wasuwota, mate Gehai boro harato soya, mate i nono niha, boro nahonaho dodo soya (Belanda mati karena perang, Orang Cina mati karena kekayaan yang melimpah, Ono Niha atau Orang Nias mati karena kecurigaan yang luar biasa).
Pada akhirnya, kata saohagolo menjadi satu kata yang diartikan sama dengan kata terima kasih. Kata saohagolo dan terima kasih memiliki nilai yang sama yakni rasa syukur atas pemberian orang lain. Dengan demikian jika memberikan sesuatu kepada orang lain, janganlah segan untuk menjawab saohagolo ketika ia mengucapkan saohagolo. Demikian sebaliknya, jangan lupa mengucapkan saohagolo ketika menerima sesuatu dari orang lain. Ingat! Dalam budaya Ono Niha, semua ini dilakukan untuk menghilangkan rasa kecurigaan.
Catatan penting: Mohon maaf karena tidak bisa langsung menggunakan huruf fokal "O" yang ada tanda kepala. ini keterbatansan karena aplikasi kompasiana.com tidak bisa menampilkannya.