ada angin pusar yang mengembara mencari pasangan kawinnya
menggali permukaan laut melubangi hamparan air yang sedang birahi
menjadi sejoli asyik-masyuk yang alfa diri
para tetua mengajari tata laku para orang pantai
menonton sejoli agar mendapat malu diri
kemudian pergi meninggalkan posisi
angin pusar dan lautan yang kasmaran
bakal bencana yang tak bisa diduga
membongkar pantai
menerbangkan atap-atap rumah
mengaduk pasir
memporak-porandakan kampung nelayan
datuk bilang,
angin pusar yang birahi datang bermusim
mengunjungi bentangan pantai buleleng
tandang bergaya di hadapan kekasihnya
kemudian bercumbu lupa diri
datuk bilang,
jangan biarkan mereka gila birahi
buta kasamaran dalam kealfaan
ingatkan mereka dengan kentongan
kabari mereka sorak-sorai yang membangunkan
datuk yang lain bilang,
itu hanya kebetulan
semestinya kita berdzikir memohon penguasa alam
kita memang patut menonton percumbuan mereka
agar bencana tidak merobohkan iman kita
datuk yang lain bilang,
tebar do’a agar mereka segera pergi
kita tak punya janji dan kekuatan diri
menanggung risiko amukan pemabuk yang lupa diri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H