Badan Anggaran (Banggar) DPRD DKI mengingatkan Pemprov DKI agar mematangkan konsep pembangunan moda transportasi light rapid transit (LRT). Tak hanya itu, DPRD pun mengancam mengucurkan dana seadanya jika konsep pembangunan LRT tidak jelas. "Paparan eksekutif tidak jelas. Maka Banggar hanya akan menganggarkan Rp 1 miliar untuk studi LRT," kata anggota Banggar DPRD, Imam Satria di Gedung dewan, Selasa (23/12/2014). Secara pribadi, Imam mengaku masih ragu dengan urgensi pembangunan LRT. Karenanya, ia menyarankan agar dilakukan studi awal sekaligus mematangkan konsep, seperti nilai return of investment (ROI), beban studi yang dikeluarkan, hingga potensi kebutuhan pasar. “Termasuk juga ancaman risiko, efek mobilitas masyarakat, hingga seberapa besar tingkat kemacetan berkurang. Pemprov harus mengubah pola pikir dalam pembangunan infrastruktur di Jakarta,” tambahnya. Sementara itu, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M. Taufik mengatakan, pentingnya kejelasan konsep pembangunan LRT berkaca dari mangkraknya pengerjaan MRT. Ditegaskan olehnya, pihak Pemprov DKI Jakarta harus memberikan garansi agar proyek ini tidak berhenti di tengah jalan karena anggarannya mencapai Rp 7,5 triliun. “Kita tidak mau kasus monorel terulang lagi, masyarakat yang menjadi korban. Perlu garansi dari Pemprov DKI Jakarta bahwa moda tersebut dapat dibangun dan dioperasionalkan secara berkelanjutan,” tegas Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta tersebut. Menanggapi masalah ini, Deputi Gubernur Bidang Industri, Pedagangan dan Transportasi Pemprov DKI JakartaSutanto Soehodho mengatakan, pihaknya akan memantangkan konsep pembangunan LRT, terutama terkait detai engineering design (DED), basic design engineering (BED) dan model bisnisnya. “Anggarannya Rp 7,5 triliun. Itu untuk semua aspek, mulai dari bisnis, konstruksi, tender, pembangunan, termasuk studi. Jika disetujui DPRD DKI Jakarta, groundbreaking bisa dilakukan pertengahan 2015,” jelasnya. Ditambahkan olehnya, anggaran yang diajukan tersebut belum termasuk biaya rolling stock atau kereta senilai Rp 1,7 triliun. Sumber: Infonitas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H