Mohon tunggu...
achmad yusuf
achmad yusuf Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Official page of Infonitas.com - Info Komunitas Online Megapolitan Visit our website http://www.infonitas.com/ Follow Twitter @Infonitascom Infonitas ialah sebuah situs berita komunitas online di beberapa daerah terpilih se-Jabodetabek, sekaligus sebagai SARANA PROMOSI yang efektif dan efisien! Info lebih lanjut hubungi: Kantor Kelapa Gading: Komplek Bukit Gading Indah Blok K/27 Jl. Bukit Gading Raya, Kelapa Gading Jakarta Utara (021) 458 458 85 Kantor Serpong: Ruko Sutera Niaga 3 Blok C/6 Jl. Raya Serpong, Serpong Tangerang (021) 5312 7676

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Suku Mentawai dan Dayak, Mendunia Lewat Tato

28 Oktober 2014   23:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:23 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suku Mentawai dan Dayak, Mendunia Lewat Tato

Suku Mentawai dan Dayak, Mendunia Lewat Tato

Indonesia dianugerahi keberagaman suku bangsa yang sangat unik. Suku Mentawai di Kepulauan Mentawai dan Suku Dayak di pedalaman Kalimantan mempunyai kesamaan, mengenal budaya tato.

Tato yang menghiasi tubuh mereka memiliki motif unik. Bukan seperti tato yang biasa kita jumpai sekarang. Motif tato ini disesuaikan dengan status sosial atau profesi orang tersebut. Ada tato penjaga hutan, pemburu, kepala suku, dan lain-lain. Pemburu akan ditato dengan gambar binatang hasil tangkapannya, seperti burung, babi, kera, rusa, atau buaya. Sementara sikerei (tetua adat) biasanya memiliki tato bintang sibalu-balu di tubuhnya. Bagi suku Mentawai, tato merupakan bentuk ekspresi seni dan sudah seperti pakaian abadi yang akan dibawa mati.

Suku Mentawai

Tato bagi suku Mentawai juga merupakan simbol keseimbangan alam dan keindahan. Benda-benda seperti batu, hewan dan tumbuhan juga diabadikan di tubuh mereka dalam bentuk tato. Bentuk lain yang bisa dijumpai adalah busur panah, mata kail, duri rotan, hingga tempat sagu. Tato suku Mentawai disebut dengan istilah titi, sedangkan orang yang pandai menato disebut sipatiti atau sipaniti. Tidak semua orang dapat menjadi sipatiti atau sipaniti. Biasanya sipatiti atau sipaniti diberi seekor babi atau beberapa ekor ayam sebagai balas jasa bagi seni rajah yang berhasil mereka kerjakan.

Proses pembuatan tato masih sangat tradisional. Jarum yang digunakan terbuat dari tulang hewan atau kayu karai yang diruncingkan. Jarum akan dicelupkan ke pewarna yang terbuat dari sari tebu dicampur arang yang menempel di kuali. Setelah itu, jarum akan diketok-ketokkan ke kulit, hingga pewarna masuk ke dalam kulit dan terbentuk garis-garis yang merupakan motif utama tato suku Mentawai.

Biasanya pembuatan tato dimulai dari telapak tangan, tangan, kaki lalu tubuh. Selama beberapa hari, kulit yang baru ditato akan bengkak dan mengeluarkan darah. Proses pembuatan tato suku Mentawai pun tidak boleh sembarangan, harus mengikuti sejumlah prosedur adat. Sebelum sipatiti mulai membuat tato, ada ritual upacara yang dipimpin oleh sikerei (tetua adat). Biasanya membutuhkan waktu persiapan berbulan-bulan. Tuan rumah lalu mengadakan pesta dengan menyembelih babi dan ayam. Tidak semua orang sanggup menjalani prosesi ini karena biaya yang disiapkan untuk upacara membuat tato ini terbilang cukup mahal sebab dapat menghabiskan jutaan rupiah.

Suku Dayak

Suku Dayak juga demikian, ada prosesi khusus yang disebut Upacara Tiwah. Upacara Tiwah merupakan upacara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia. Prosesi ini akan diiringi acara-acara ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain.

Seni Tato Tertua

Konon, tato Mentawai dan Dayak termasuk seni tato tertua di dunia, bahkan lebih tua dari tato Mesir. Namun sayang, kini hanya sebagian kecil saja suku Mentawai yang masih mempertahankannya. Ancaman ini disebabkan karena perkembangan zaman dan masuknya ajaran agama ke kelompok suku Mentawai yang dulunya animisme. Hal itu sungguh sangat disayangkan karena masih ada ratusan motif tato khas Mentawai yang dilukiskan di tubuh penduduk asli Mentawai belum sempat terdokumentasikan. Padahal tato itu bisa menjadi bukti kekayaan budaya masyarakat Mentawai kepada masyarakat dunia. Anda yang tertarik untuk melihat secara langsung dapat berkunjung ke desa Madobak, Ugai dan Matotonan yang ada di hulu sungai Siberut Selatan, Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Anda juga bisa menjelajah pedalaman Kalimantan untuk bertemu dengan suku Dayak dan melihat langsung kekayaan budaya mereka. Dijamin Anda akan terpana dan berdecak kagum akan warisan budaya yang mereka pertahankan. Bahkan ada beberapa turis mancanegara yang sengaja datang langsung untuk minta ditato oleh penduduk setempat dengan motif yang sama. Mereka percaya tato itu akan memberikan perlindungan dan keberuntungan, walau sakitnya minta ampun. Wah, ada-ada saja, lewat tato, suku Mentawai dan Dayak dikenal seantero dunia.

Sumber : infonitas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun