Bangun Daerah, Bukan hanya Jakarta
Debat publik calon presiden yang diselenggarakan Konvensi Rakyat di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (16/2), mengangkat tema tentang pemerataan ekonomi. Setiap kandidat memaparkan visinya dibidang ekonomi dimana sebagian besar kandidat menyoroti masalah pembangunan kemandirian ekonomi bangsa.
Salah satu tantangan bangsa adalah persoalan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang rendah, banyaknya disparitas antar wilayah yang semakin renggang, nilai tukar dollar yang membuat nilai rupiah turun, dan defisit anggaran merupakan salah satu penyebab kemiskinan. Hal ini membuat masyarakat menginginkan perubahan yang cepat dan mendasar dalam pembangunan ekonomi.
Bupati Kutai Timur, Kalimantan Timur, Isran Noor mengatakan, saat ini ekonomi hanya dikuasai sebagian kecil masyarakat dengan volume yang luar biasa. Dengan melihat kondisi ini, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah fokus pada pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan sumber daya alam.
“Kalau saja kita mengelola SDA dan SDM dengan benar, saya yakin rakyat Indonesia kondisinya lebih baik dari sekarang,” kata Isran.
Isran menjelaskan, salah satu upaya mengelola SDA untuk kepentingan rakyat yaitu memanfaatkan 42 juta hektar lahan di Indonesia yang saat ini rusak dan terlantar untuk digarap masyarakat. Apabila 42 juta hektar lahan tersebut menyerap 50% tenaga kerja untuk penanaman, berarti 21 juta hektar lahan akan menghasilkan 10 juta tenaga kerja.
Isran memberikan contoh program penanaman sawit 450.000 hektar di Kutai Timur yang telah menyerap 150.000 tenaga kerja dimana 40% tenaga lokal, sisanya tenaga kerja dari daerah lain. Kebijakan yang dilakukannya bukan hanya untuk kepentingan tenaga kerja lokal tapi memberikan kesempatan kerja kepada pekerja yang berasal dari luar Kalimantan Timur.
Selain itu, menurut Isran, pemerintah harus membangun infrastruktur ekonomi yang merata di seluruh wilayah. Pembangunan ekonomi saat ini tersentral pada satu kawasan.
“Pembangunan dilakukan terus menerus di Jakarta dan di Jawa, sehingga investasi ekonomi terpusat di sana. Harga komoditas milik masyarakat bersama seperti semen hanya Rp60 ribu per sak, di Jawa dan Jakarta, sedangkan di Papua dan Kalimantan mencapai Rp2,5 juta per sak. Seharusnya pembangunan infrastruktur merata, sehingga bisa membangun pabrik-pabrik di Papua dan daerah lainnya,” tutupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H