Â
       Berdasarkan pengertian, maka dapat dikatakan bahwa pemikiran politik Islam adalah pemikiran politik yang berlandaskan Al-Quran dan Sunnah dalam pemikirannya. Sumber lain dari landasan politik Islam adalah sirrah, akal, dan fiqh ikhtilaf. Karena itu, dapat dikatakan bahwa politik itu adalah fitrah atau sesuatu yang tak bisa dihindari. Islam adalah agama universal, meliputi semua unsur kehidupan, dan politik, Negara dan tanah airi adalah bagian dari islam. tidak ada yang namanya pemisahan antara agama dan politik.
      Dalam konsep islam, kekuasaan tertinggi adalah Allah SWT. Ekspresi kekuasaan dan kehendak Allah tertuang dalam Al Qur'an dan Sunnah Rasul. Oleh karena itu penguasa tidaklah memiliki kekuasaan mutlak, ia hanyalah wakil (khalifah) Allah di muka bumi yang berfungsi untuk membumikan sifat-sifat Allah dalam kehidupan nyata. Politisasi agama adalah politik manipulasi mengenai pemahaman dan pengetahuan keagamaan/kepercayaan dengan menggunakan cara propaganda, Indoktrinasi, kampanye, disebarluaskan, sosialisasi dalam wilayah publik dilaporkan atau diinterpretasikan agar terjadi migrasi pemahaman, permasalahan.
          Secara.  diametral  paradigma  tradionalis  bertentangan  dengan  paradigmapolitik  kaum  modemis.  Mereka  berpendapat  bahwa  akar  keterbelakangan peradaban  Islam adalah  stagnasi  intelektual  dan  kekakuan  ulama  dalam memahami  Islam,  memberikan  respon  terhadap  dinamika  kehidupan  modern19.Karena  itu  perlu  dibuka  kembali  pintu  ijtihad  yang  selama  ini  tertutup  sebagai upaya menuju revitalisasi Islam. Dalam usaha ke arah Tajdiddan Islahditawarkan beberapapendekatan, seperti rasionalisasi, sekularisasi dan rekonstruksi Islam dan pemikirannya.
     Uraian berikut memaparkan tiga kecenderungan paradigma politik Islam  modern  yang  terwakili  dalam  pemikiran  Muhammad  Abduh (1849-1950), Ali Abd Raziq (1888-1966), dan Muhammad Iqbal (1875-1938).Untuk mengetahui pemikiran Abduh dapat dilacak padakaryanya, "al-Islam wa  al-Nashraniyyah  ma'al'Im  wa  al-Madaniyyah"Ia  dikenal  sebagai  pelopor modernis  Islam  yang  paling  menonjol  di  samping  gurunya,  Jamal  al-Din Al-Afghani  (1838-1897)  yang  berorientasi  pada  ideologi20.  Abduh  menjelaskan bahwa reformasi harus dilakukan oleh umat Islam sehingga keterbelakangan yang menimpa dapat segera diatasi.  Ia menyerukan dibukanya pintu ijtihad, penafsiran baru atas Islam sebagai upaya tranformasi karena taklid telah mengakibatkan umat tertinggal.Â
     Ketertinggalan  Timur  Tengah  bukanlah  faktor  struktural  melainkan akibat orientasi normatif dan taklid yang cukup lama21.Menurut  Abduh  relevansi  Islam  dengan  kehidupan  modern  dapat  tercapai caramendamaikan  keyakinan  Islam  dengan  ilmu  pengetahuan.  Islam  dan  akal, ilmupengetahuan modern dan Islam tidaklah bertentangan.Karena itu tranformasi umat  Islam  semestinya  didasarkan  pada  rasionalisasi  dan  integrasi  Islam  dalam institusi-institusi  dan  gagasan-gagasan  modern.  Dalam  bidang  politik,  ia mengungkapkan  ide  Islam  tidaklah  mengenal  adanya  kekuasaan  agama  yang bertumpu  pada  tiga  hal;22a).  Islam  tidak  memberikan  kekuasaan  pada  seseorang atas  nama  agama,  b).  Islam  tidak  membenarkan  campur  tangan  penguasa  dalam urusan keagamaan orang lain, c).Islam tidak mengakuihak  seseorang  untuk  memaksakan  pengertian,  pendapat,  dan penafsirannya tentang agama atas nama orang lain.Dengan kata lain hakikat pemerintahan Islam tidak  bersifat  keagamaan (a-sulthahal-diniyyah),  melainkan  benar-benar  bersifat rasional (al-sulthah al-madaniyyah).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H