Mengapa kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada waria, yang dikategorikan sebagai populasi kunci dalam epidemi HIV/AIDS, sangat rendah jika dibandingkan dengan kalangan atau kelompok lain?
Kasus HIV/AIDS yang rendah di kalangan waria (disebut juga sebagai transgender) di Kota Ternate di Provinsi Maluku Utara (Malut) terjadi karena waria di kota ini bisa memaksa laki-laki memakai kondom ketika terjadi seks anal, seks oral atau posisi “69”. “Kami yang beli, jadi kami ‘raja’ dalam transaksi seks tsb.,” kata Ika, bukan nama sebenarnya, seorang waria di Kota Ternate, dengan nada yakin pada acara Lokakarya Penguatan Kapasitas Penulisan Berita tentang HIV/AIDS bagi Wartawan di Maluku Utara yang diselenggarakan oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Maluku Utara (Kota Ternate, 8-9 November 2016).
Dilihat dari aspek epidemiologi HIV/AIDS yang dilakukan waria itu merupakan salah satu bentuk upaya untuk memutus mata rantai penularan HIV/AIDS dari masyarakat ke kalangan waria dan sebaliknya dari waria ke masyarakat melalui laki-laki heteroseksual yang mereka kencani.
PSK Tidak Langsung
Catatan Dinkes Provinsi Malut menunjukkan kasus waria di bawah lima. Jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS sudah mencapai 737 (319 HIV dan 418 AIDS.sampai Maret 2016. Jumlah kasus ini menempatkan Malut pada peringkat ke-28 secara nasional jumlah kasus HIV/AIDS.
Dari tahun 2004 sampai September 2016 dilaporkan jumlah kasus HIV/AIDS terbanyak pada ibu rumah tangga (IRT) yaitu 159. Jika dikaitkan dengan langkah waria yang jadi subjek dalam transaksi seks, maka faktor risiko penularan HIV ke suami IRT itu adalah melalui hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK).
Kasus HIV/AIDS di Malut terdeteksi pada semua kalangan yaitu wiraswasta, PNS, guru, nelayan, petani, karyawan, nelayan, sopir, tukang ojek, mahasiswa, siswa, tentara, polisi, nakhoda, tokoh masyarakat, kepala desa, anggota DPRD, dll.
Kontribusi waria ini akan lebih bermakna dalam penanggulangan HIV/AIDS di Kota Ternate jika laki-laki heteroseksual juga memakai kondom setiap kali melakukan perilaku berisko. Yang perlu diketahui adalah tidak semua perilaku berisiko ada di luar pernikahan. HIV adalah virus yang menular, al. melalui hubungan seksual di dalam dan di luar nikah dengan yang mengidap HIV/AIDS dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom setiap kali terjadi hubungan seksual.
Perilaku berisiko laki-laki tertular HIV/AIDS adalah:
(1) Laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom di dalam ikatan pernikahan yang sah dengan perempuan yang berganti-ganti karena bisa saja salah satu di antara perempuan tsb. juga punya pasangan seks yang lain dengan perilaku seksual yang berisiko.
(2) Laki-laki yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual di luar ikatan pernikahan yang sah dengan perempuan yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, karena bisa saja salah satu di antara perempuan tsb. juga punya pasangan seks yang lain dengan perilaku seksual yang berisiko.