Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang saya terima melalui surat, telepon, fax, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Beberapa di antara Tanya-Jawab ini sudah pernah dimuat di koran di beberapa kota. Yang ingin menyampaikan pertanyaan, silakan kirim pertanyaan melalui: surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13230, e-mail sw_harahap@yahoo.com dan SMS 08129092017.
Tanya: Saya seorang ayah dari satu putri dan bekerja sebagai pedagang. Setahun yang lalu ketika saya kencan dengan pekerja seks komersial (PSK), sebut saja Ika, dia mengatakan bahwa Intan, juga seorang PSK, yang pernah saya kencani dinyatakan HIV-positif oleh salah satu pemerhati HIV/AIDS. Tapi, perasaan saya ketika itu sama sekali tidak takut atau kaget karena saya memang tidak tahu soal HIV. Ketika salah seorang teman dari Pontianak membawa koran “Pontianak Post” saya membacanya karena ingin tahu kondisi daerah saya di Singkawang.
Pada saat itu saya juga membaca “Konsultasi HIV/AIDS”. Setelah membacanya saya kaget dan langsung menelepon. Saya baru tahu kalau HIV itu sangat berbahaya. Yang ingin saya tanyakan: (1) Apakah bila benar Intan HIV-positif otomatis saya juga akan tertular HIV? Tapi, selama ini saya tetap sehat dan tidak pernah terkena ‘penyakit kelamin’. Saya juga ingin tahu: (2) Apakah kehamilan istri saya yang kedua ini akan membuat anak tertular HIV? (dari Kalbar, dimuat di Harian ”Pontianak Post”)
Jawab: Anda memang pantas khawatir karena sudah melakukan perilaku berisiko tinggi tertular HIV. Melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, dalam hal ini PSK, menempatkan Anda pada risiko tinggi tertular HIV. Soalnya, kalau salah satu dari laki-laki yang berkencan dengan PSK yang Anda kencani HIV-positif maka ada kemungkinan PSK tadi tertular HIV. Jika PSK itu tertular HIV maka kalau Anda kencani maka Anda pun berisiko pula tertular HIV. Status HIV seseorang harus melalui dua tahap pemeriksaan. Pertama, tes HIV dengan rapid test atau ELISA. Kedua, hasil tes pertama harus dikonfirmasi dengan tes Western blot (hanya ada di RSCM Jakarta). Nah, yang tidak jelas apakah Intan sudah menjalani tes konfirmasi? Tapi, yang jelas perilaku Anda berisiko tinggi tertular HIV karena tidak ada gejala atau tanda-tanda pada fisik pada setiap orang, termasuk PSK, yang sudah tertular HIV.
(1) Kalau Intan benar HIV-positif ada kemungkinan Anda tertular HIV jika Anda tidak memakai kondom ketika melakukan hubungan seks dengan Intan. Kemungkinan penularan HIV melalui hubungan seks tanpa kondom 1:100. Artinya, dalam seratus kali hubungan seks ada 1 kali kemungkinan tertular. Tapi, yang menjadi persoalan adalah tidak bisa diketahui dengan pasti pada hubungan seks yang keberapa terjadi penularan. Bisa saja pada hubungan seks yang pertama, kedua, ketujuh, keempat puluh, dst. Jadi, setiap hubungan seks yang berisiko selalu ada kemungkinan tertular HIV.
(2) Kalau Anda, semoga tidak, tertular HIV entah dari siapa tentulah istri Anda juga berisiko tertular HIV dari Anda. Jika istri Anda tertular HV maka ada kemungkinan penularan terhadap bayi yang dikandungnya, terutama pada saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI). Karena Anda sudah melakukan perilaku berisiko tinggi tertular HIV akan lebih baik kalau Anda memikirkan untuk menjalani tes HIV sukarela (sebaiknya tiga bulan setelah melakukan hubungan seks terakhir tanpa kondom dengan orang yang sering berganti-ganti pasangan, seperti PSK atau waria). Kalau Anda sudah siap kami siap membantu untuk memberikan alamat yang bisa menjamin kerahasiaan Anda. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H