Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tanya-Jawab AIDS No 4/April 2011: Risiko AIDS Kencan dengan Cewek Berkelas

28 April 2011   07:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:18 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang saya terima melalui surat, telepon, fax, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Beberapa di antara Tanya-Jawab ini sudah pernah dimuat di koran dibeberapa kota. Yang ingin menyampaikan pertanyaan, silakan kirim pertanyaan melalui: surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13230, e-mail sw_harahap@yahoo.com dan SMS 08129092017.

Tanya. Sebagai seorang yang menduduki jabatan penting saya sering ke Jakarta, Surabaya atau kota besar lainnya di Indonesia, bahkan ke luar negeri untuk tugas. Jujur saya bilang terkadang dalam kunjungan itu saya kencan dengan perempuan cantik yang dipersiapkan teman. Saya tidak tahu apakah mereka pekerja seks komersial (PSK), mahasiswa atau wanita karier yang rangkap jabatan. Umumnya relasi kerjaku mengatakan bahwa wanita yang dia siapkan bukan sembarangan, mereka berasal dari kelas tertentu.

Apakah perempuan menengah ke atas bisa HIV-positif? Relasiku bilang perempuan yang saya kencani bukan sembarangan dan hanya kalangan tertentu atau laki-laki yang berkantong tebal yang bisa tidur dengannya. Selama ini saya tidak pernah menggunakan kondom bila kencan dengan mereka. Tapi hingga kini, saya tidak pernah terkena penyakit kelamin dan tidak pernah kencan dengan PSK kalangan menengah ke bawah. Saya juga tidak sembarangan kencan dengan perempuan. (dari Sulsel, dimuat di Harian “Pare Pos”).

Jawab. Penularan HIV/AIDS tidak memandang suku, agama, status sosial dan ekonomi serta jabatan karena sebagai virus HIV menular dari seseorang yang sudah HIV-positif: (1) melalui hubungan seksual penetrasi (penis masuk ke vagina), heteroseks (laki-laki dengan perempuan), seks oral (penis masuk ke dalam mulut), seks anal (penis masuk ke dalam dubur) di dalam ikatan nikah atau di luar ikatan nikah serta homoseks (laki-laki dengan laki-laki), (2) transfusi darah yang tidak diskrining HIV, (3) jarum suntik, jarum tindik, jarum akupunktur, jarum tattoo dan alat-alat kesehatan yang tercemar HIV, (4) dari seorang ibu yang HIV-positif ke bayi yang dikandungnya, terutama pada saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI). Nah, penularan ini merupakan fakta medis. Artinya, dapat dibuktikan di laboratorium dengan menggunakan teknologi kedokteran.

Biar pun, maaf, perempuan cantik yang disodorkan kepada Anda disebutkan ‘bersih’, hanya kencan dengan ‘bangsawan’, pejabat tinggi, orang kaya, dll. tetap saja perilaku perempuan itu berisiko tinggi tertular HIV. Soalnya, ada kemungkinan salah satu dari laki-laki yang berkencan dengannya HIV-positif sehingga dia pun berisik pula tertular HIV. Memang, kemungkinan tertular HIV melalui hubungan seksual vaginal tanpa kondom dengan yang mengidap HIV adalah 1:100. Artinya, dalam 100 kali hubungan seks ada 1 kali kemungkinan terjadi penularan. Tapi, yang menjadi persoalan besar adalah tidak ada yang tahu kapan penularan terjadi. Bisa saja pada hubungan seks yang pertam, kedua, kelima, kedua puluh, ketujuh puluh, dst.

Seorang perempuan, ibu rumah tangga, pelajar, mahasiswi, wanita karir, dll. bisa berisiko tinggi tertular HIV bukan hanya pekerja seks komersial (maaf, dulu disebut pelacur atau wanita tuna susila/WTS).Perempuan yang sering berkencan dengan laki-laki yang berganti-ganti di dalam dan di luar nikah, seperti kawin-cerai, juga merupakan perilaku berisiko tinggi tertular HIV.. Maaf, menurut Anda apa bedanya perempuan cantik yang Anda sebut ‘terpandang atau terhormat’ itu dengan pelacur? Sama saja. Hanya saja dia tidak di lokalisasi pelacuran atau di jalanan.

Seorang laki-laki, perempuan dan waria berisiko tinggi tertular HIV jika: (1) melakukan hubungan seksual vaginal, seks oral dan seks analdi dalam ikatan nikah atau di luar ikatan pernikahan yang sah serta homoseks tanpa memakai kondom dengan pasangan yang berganti-ganti, (2) melakukan hubungan seksual vaginal, seks oraldan seks analdi dalam ikatan nikah yang sah atau di luar ikatanpernikahan yang sah serta homoseks tanpa memakai kondom dengan seseorang yang suka berganti-ganti pasangan (seperti dengan pekerja seks perempuan atau waria), (3) menerima transfusi darah yang tidak diskrining HIV, dan (4) memakai jarum suntik, jarum tindik, jarum akupunktur, jarum tattoo atau alat-alat kesehatan secara bersama-sama dengan bergiliran.

Maaf, Anda sudah termasuk sebagai laki-laki yang perilakunya berisiko tinggi. Andaikan, semoga tidak, salah satu dari perempuan ‘terhormat’ yang disodorkan kepada bapak HIV-positif, maka bapak sudah berisiko tertular HIV karena melakukan hubungan seks dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan. Perempuan yang disodorkan kepada bapak tentulah perkan berkali-kali disodorkan pula ke laki-laki lain. Lagi pula sama sekali tidak ada gejala, tanda atau ciri-ciri yang khas AIDS pada fisik seseorang yang sudah tertular HIV sebelum mencapai masa AIDS (antara 5 – 15 tahun setelah tertular).

Jadi, biar pun seseorang yang perilakunya berisiko tinggi tertular HIV tidak pernah tertular GO atau sifilis bukan jaminan bahwa dia ‘bebas HIV’. Bisa saja terjadi perempuan yang menularkan HIV tidak mengidap GO atau sifilis karena penyakit ini ada gejalanya sehingga langsung diobati. Tapi, HIV tidak bisa diketahui dengan mata telanjang. HIV hanya bisa diketahui melalui tes darah di laboratorium.

Banyak kasus HIV di luar pengguna narkoba terdeteksi setelah mencapai masa AIDS sehingga sudah ‘terlambat’ ditangani karena mulai muncul berbagai macam penyakit (disebut infeksi oportunistik), seperti diare, jamur, ruam, TB, dll. Hal ini terjadi karena pada masa AIDS sistem kekebalan tubuh sudah rusak karena dihancurkan oleh HIV.

Bagi yang merasa perilakunya berisiko tinggi tertular HIV akan lebih baik kalau menjalani tes HIV sukarela. Tapi, perlu diingat tes dilakukan setelah tiga bulan dari terakhir kali melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, seperti PSK. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun