”Menurut pantauan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DKI Jakarta, pemakaian kondom di kelompok berisiko tertular HIV, yakni pekerja seks komersil cenderung menurun setiap tahunnya. Selain alasan pelanggan tidak mau memakai kondom, kebanyakan wanita PSK malas menggunakan kondom perempuan karena alasan sulit memakainya.” Ini lead di berita ”Penggunaan Kondom di Kalangan PSK Menurun” (kompas.com, 18/7-2012).
Pernyataan pada lead berita ini simpang-siur. Disebutkan ‘pemakaian kondom di kelompok berisiko tertular HIV, yakni pekerja seks komersil’. Ini jelas bahwa kondom dipakai oleh perempuan, dalam hal ini pekerja seks komersial (PSK). Tapi, karena pernyataan tsb. diikuti dengan pernyataan ‘pelanggan tidak mau memakai kondom’, maka kian tidak jelas alasan konkret mengapa pemakaian kondom turun. Kalau penurunan terjadi karena pelanggan, dalam hal ini laki-laki ‘hidung belang’, tidak mau memakai kondom tentulah masuk akal.
Kasus kumulatif HIV/AIDS di DKI Jakarta dari tahun 1987 sampai Maret 2012 sebanyak 5.118. Dari jumlah ini 324 terdeteksi pada ibu rumah tangga.
Maka, penurunan pemakaian kondom terjadi karena laki-laki ‘hidung belang’ tidak mau memakai kondom ketika sanggama dengan PSK.
Apa langkah yang konkret untuk memaksa laki-laki ‘hidung belang’ memakai kondom setiap kali sanggama dengan PSK?
Disebutkan langkah yang dijalankan adalah: “ .... dibutuhkan edukasi lebih mendalam, agar tumbuh kesadaran kritis dari orang yang berisiko tersebut untuk melindungi dirinya.”
Siapa yang akan diedukasi?
Ternyata yang akan diedukasi adalah PSK. Padahal, yang diharuskan memakai kondom bukan PSK tapi laki-laki ’hidung belang’ ketika melacur.
Mengapa PSK yang diedukasi? Menurut Santi Sardy, staf di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DKI Jakarta: ” .... kalau mereka memakai kondom hanya karena disuruh mucikarinya pasti sifatnya sementara."
Lho, koq, balik lagi ke PSK? Apakah kondom perempuan sudah tersedia secara luas dan tidak ada hambatan berupa protes dari laki-laki ‘hidung belang’?
Yang realistis, dan sudah dibuktikan di Thailand dengan hasil penurunan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa, adalah membuat regulasi yang konkret berupa intervensi agar laki-laki ‘hidung belang’ memakai kondom setiap kali sanggama dengan PSK.
Ini penting karena posisi tawar PSK sangat rendah ketika berhadapan dengan laki-laki ‘hidung belang’ yang menolak memakai kondom karena mereka akan memakai jasa germo untuk memaksa PSK meladeni mereka tanpa kondom.
Maka, jika ada PSK yang terdeteksi mengidap IMS (infeksi menular seksual, sepersi GO, sifilis, hepatitis B, dll.) yang kena sanksi hukum bukan PSK tapi germo.
Belakangn ini ada program dengan skala nasional yaitu Program Pencegahan HIV Melalui Transmisi Seksual (PMTS), al. melalui edukasi untuk mengubah perilaku.
Pertanyannya adalah: Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar seoarang laki-laki ‘hidung belan’ mau memakai kondom setiap kali sanggama dengan PSK?
Berapa pun waktu yang dibutuhkan yang jelas pada rentang waktu sampai seorang laki-laki ‘hidung belang’ mau memakai kondom ketika sanggama dengan PSK, laki-laki ‘hidung belang’ tsb. tetap sanggama dengan PSK tanpa kondom.
Perda AIDS Jakarta pun sama sekali tidak menawarkan cara-cara penanggulangan HIV/AIDS yang konkret (Lihat: http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/28/menakar-keampuhan-perda-aids-jakarta/).
Masih menurut Santi: "Saat ini kami memiliki strategi baru community organizing yang akan terjun ke komunitas masyarakat untuk menjangkau ibu rumah tangga dan pria pelanggan PSK."
Pertanyaannya:
1. Bagaimana cara Anda untuk mengenali ibu rumah tangga yang suaminya laki-laki ‘hidung belang’?
2. Bagaimana Anda bisa mengetahui seorang laki-laki atau suami sebagai pelanggan PSK?
Lagi pula, apakah program PMTS itu bisa menjamin kelak semua laki-laki ‘hidung belang’ setelah edukasi akan memakai kondom setiap kali sanggama dengan PSK? ***[Syaiful W. Harahap]***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H