Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Serial Santet #27 | Dedemit Dikirim ke Rumah Ambil Benda yang Bersentuhan dengan Badan

22 April 2016   08:56 Diperbarui: 14 Juni 2018   04:01 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: pintusehat21.blogspot.com)


Agar tidak ada barang atau peralatan yang tinggal ketika meningalkan rumah saya membuat daftar, semacam check list, di meja kerja. Setiap hendak keluar rumah daftar itu saya baca dan tandai agar semua keperluan sudah ada di kantong dan tas.

Pertengahan bulan ini (April 2016) saya pergi meninggalkan rumah selama tiga hari. Ketika kembali ternyata daftar yang biasa saya tandai tidak ada lagi di meja.

Semula saya pikir jatuh. Tapi, setelah dicari di bawah meja dan di sekitar meja kerja kertas itu tidak ditemukan. Kalau kertas itu jatuh karena diacak-acak tikus, mengapa benda-benda di sekitarnya, seperti pulpen dan pinsil, tidak jatuh?

Pertanyaan demi pertanyaan terus menggelayut di pikiran, tapi tetap saja kertas itu tidak ditemukan. Penyebab kertas itu hilang pun tidak bisa dipikirkan.

Kehilangan benda-benda yang dekat dengan badan saya sudah sering terjadi. Kaos kaki (hanya sebelah) kiri, sapu tangan, CD (celana dalam) dan kemeja dulu sebelum berpisah dengan ‘orang rumah’ sering terjadi. Benda-benda itu hilang dari keranjang tempat cucian kotor.

Bahkan, maaf, rambut kemaluan pun ‘hilang’. Ini diketahui ketika bungkusan benda diambil dari dalam tanah di rumah dan di kantor. Dalam bungkusan itu ada berbagai macam benda tumpul, benda tajam dan benda cair termasuk bagian-bagian pakaian yang hilang dan itu tadi, maaf, rambut kemaluan.

Karena penasaran kok kertas ukuran A4 hilang dari meja kerja saya kabari ke Pak Ajie di Banten, ini salah satu dari beberapa orang yang membantu saya menghadapi ‘peperangan’ dengan belasan dukun santet

“Ya, ada dedemit yang masuk. Pak, coba cek CD-nya,” kata Pak Ajie melalui telepon.

Celaka. Rupanya, mereka mengulangi ‘perang’ lagi karena selama ini usaha mereka selalu gagal. Dari belasan dukun yang dipakai ‘komplotan’ yang memakai pesugihan (mencari kekayaan dengan memakai makhluk halus, seperti tuyul, babi ngepet, nyupang dan buto ijo) sekarang tinggal ‘sepasang lagi’. Mereka hidup dalam ikatan ‘kumpul kebo’.

Yang agak berat yang perempuan itu semula belajar ‘ilmu putih’, tapi belakangan berbalik arah jadi dukun santet dengan bekal ‘ilmu hitam’. Yang laki-laki adalah keluarga pemakai pesugihan yang sudah meninggal yang membekali dirinya dengan ‘nyupang’ yaitu pesugihan yang memelihara mahluk sejenis kera atau monyet untuk mencari kekayaan dengan mencuri harta orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun